Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - KUALA LUMPUR/BEIJING. Pemerintah China dan Malaysia tengah menjajaki rencana kerja sama pembangunan fasilitas pengolahan rare earths (logam tanah jarang).
Proyek ini diperkirakan akan melibatkan Khazanah Nasional, dana investasi milik negara Malaysia, yang akan bermitra dengan perusahaan BUMN asal China, menurut sejumlah sumber yang mengetahui pembicaraan tersebut.
Baca Juga: Kunjungan Wisman Capai 1,51 Juta pada Agustus 2025, Paling Banyak dari Malaysia
Jika terealisasi, proyek ini akan menandai pergeseran besar dalam kebijakan China. Selama ini, Beijing melarang ekspor teknologi pemrosesan rare earths demi menjaga dominasinya di industri global.
Namun, dalam rencana terbaru, China bersedia menukar teknologi dengan akses ke cadangan rare earths Malaysia yang belum tergarap.
Langkah ini juga dipandang sebagai strategi Beijing untuk mengurangi persaingan dengan Lynas Rare Earths, perusahaan asal Australia yang telah memiliki fasilitas pengolahan di Pahang, Malaysia.
Baca Juga: Taiwan dan Malaysia Pimpin Kenaikan Bursa Asia, Rupiah dan Mata Uang Lain Stabil
Tantangan Lingkungan dan Pasokan
Meski demikian, sejumlah hambatan diperkirakan akan menghadang. Menurut sumber di Malaysia, Beijing meragukan kemampuan Malaysia menyediakan pasokan bahan baku yang cukup.
Di sisi lain, pemerintah Malaysia khawatir akan dampak lingkungan serta kendala regulasi, mengingat aktivitas pertambangan memerlukan izin dari pemerintah pusat maupun daerah.
Malaysia sebelumnya menegaskan tidak akan mendukung kegiatan pertambangan rare earths di kawasan hutan lindung permanen maupun daerah tangkapan air.
Negara ini memiliki cadangan sekitar 16,1 juta ton logam tanah jarang, menurut estimasi pemerintah, tetapi belum menguasai teknologi penambangan dan pemrosesan.
Baca Juga: Dinilai Strategis, Pemerintah Larang Ekspor Seluruh Logam Tanah Jarang
Kilang Gabungan Light & Heavy Rare Earths
Sumber lain menyebutkan, kilang yang direncanakan akan mampu mengolah baik light maupun heavy rare earths.
Kedua jenis mineral tersebut krusial dalam pembuatan berbagai produk strategis, mulai dari kendaraan listrik, ponsel pintar, hingga peralatan militer.
China sebelumnya telah menyatakan kesiapannya memberikan bantuan teknis dalam pengolahan rare earths.
Namun, Presiden Xi Jinping menegaskan bahwa kerja sama harus dibatasi hanya pada perusahaan yang berafiliasi dengan negara, guna melindungi rahasia dagang.
Menteri Sumber Daya Alam Malaysia, Johari Abdul Ghani, pada Agustus lalu mengatakan bahwa pembahasan dengan China masih bersifat awal dan belum ada kesepakatan final.
Jika terwujud, Malaysia akan menjadi salah satu negara langka yang menguasai teknologi pengolahan logam tanah jarang dari China maupun non-China.