Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - LONDON. Seorang ilmuwan Inggris terkemuka membuat terobosan signifikan dalam perlombaan untuk mendapatkan vaksin virus corona baru, dengan mengurangi waktu pengembangan normal dari dua-tiga tahun menjadi hanya 14 hari.
Robin Shattock, Kepala Infeksi Mukosa dan Kekebalan Imperial College, London, mengatakan, dia sekarang berada di tahap untuk mulai menguji vaksin pada hewan di minggu depan. Studi pada manusia di musim panas jika mendapat dana yang cukup.
"Pendekatan konvensional biasanya memakan waktu setidaknya dua hingga tiga tahun sebelum Anda bahkan sampai ke klinik," katanya kepada Sky News seperti dikutip Reuters. "Dan, kami telah beralih dari urutan itu untuk menghasilkan kandidat di laboratorium dalam 14 hari".
Baca Juga: Kabar baik! China mulai uji klinis obat antivirus untuk mengobati virus corona
Memang, Shattock menambahkan, vaksin akan terlambat untuk wabah virus corona yang sudah merebak luas saat ini. Tetapi, tetap akan sangat penting jika ada vaksin untuk melawan penyebaran virus yang sudah menewaskan lebih dari 490 orang itu.
Hingga saat ini, virus corona baru memang belum ada obatnya, sehingga para ilmuwan berlomba-lomba untuk menemukan vaksin. South China Morning Post melaporkan, Tiongkok sudah melakukan uji klinis untuk menguji obat virus tersebut.
Komisi Kesehatan Nasional China mengatakan, uji coba obat-obatan sedang dilakukan di beberapa rumahsakit di Kota Wuhan, pusat wabah virus corona baru. Thepaper.cn melaporkan, sekitar 270 pasien ambil bagian dalam penelitian itu.
Baca Juga: Virus corona dapat dicegah dengan imunostimulan
Sementara obat antivirus eksperimental, Remdesivir, yang Gilead Sciences kembangkan diberikan kepada pasien Amerika Serikat (AS) pertama pada pekan lalu. Yakni, seorang pria berusia 35 tahun yang kondisinya tampak membaik dalam sehari.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga sedang bekerja dengan para mitra untuk mempercepat penelitian dan pengembangan obat untuk mengobati penyakit seperti pneumonia. Meskipun antibiotik tidak bekerja pada virus, hanya infeksi bakteri, pasien bisa diberikan antibiotik untuk melawan koinfeksi.