Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Pertumbuhan sektor manufaktur di China kemungkinan bakal tersendat pada Januari 2020 setelah dua bulan sebelumnya mengalami kenaikan moderat. Hal ini tentunya berkaitan erat dengan merebaknya wabah virus baru yang memberikan risiko tambahan bagi ekonomi China yang masih belum optimal.
Mengutip Reuters, Rabu (29/1) setidaknya saat ini virus tersebut sudah menyebabkan 130 orang meninggal. Selain itu, hampir 6.000 orang yang sudah terkonfirmasi mengalami infeksi. Pemerintah China telah mengambil kebijakan untuk membatasi transportasi secara luas dan beberapa langkah-langkah kesehatan untuk masyarakat secara tegas. Tentunya, hal ini sangat membebani sektor pariwisata, ritel hingga transportasi di negara tersebut.
Baca Juga: Gara-gara virus corona, sekitar 9.000 turis China batalkan kunjungan ke Bali
Selain itu, Purchasing Managers Index (PMI) secara resmi mengatakan untuk bulan Januari diperkirakan akan turun ke posisi netral 50,2 dari 50,2 di bulan Desember 2019. Tenggat indeks di level 50 ini menandakan adanya kontraksi terhadap ekspansi perusahaan setiap bulan, menurut perkiraan median dari 29 ekonom. Data ini diharapkan akan segera dirilis pada akhir pekan ini.
Di penghujung bulan, China juga bakal merilis survei serupa terkait aktivitas ekonomi di sektor manufaktur, yang dapat memberikan info lebih dalam dari perlambatan ekonomi di awal tahun ini.
Beberapa toko, restoran dan bioskop di kota-kota besar China diproyeksi bakal mengalami penurunan penjualan lantaran sebagian besar masyarakat menghindari daerah ramai.
Waktu libur panjang Tahun Baru Imlek yang dimulai pada 25 Januari 2020 sedikit banyak meredam aktivitas pabrik hingga ke batas tertentu. Sebelumnya pada Desember 2019 lalu sektor manufaktur sempat diprediksi membaik pada bulan Januari.
Fakta lainnya, saat ini banyak bisnis di China yang mengurangi operasi atau menutup sepenuhnya bisnis mereka selama seminggu lebih untuk keperluan libur Imlek. Pihak berwenang juga mengambil kebijakan dengan memperpanjang periode liburan dalam upaya untuk meredam virus.
Para pejabat kesehatan mengatakan saat ini memang masih terlalu dini untuk mengetahui betapa bahayanya virus Corona termasuk penyebarannya. Namun, beberapa analis mengatakan pukulan yang terjadi terhadap ekonomi bisa separah ketika wabah Sindrom Pernapasan Akut (SARS) menyebar pada tahun 2002-2003.
"Kami memperkirakan bahwa SARS sempat menurunkan pertumbuhan China sebesar 3 basis poin, pada kuartal yang paling parah. Meskipun perekonomian bisa segera bangkit," ujar Capital Economics dalam catatannya.
Baca Juga: Pasien virus corona bisa sembuh sendiri? Berikut penjelasannya
Berkaca pada kejadian itu, perekonomian baru mulai kembali normal pada awal tahun 2004, tempat kerja pada umumnya masih terbuka dan aktivitas industri tak berpengaruh kala itu.
Kini, pertumbuhan ekonomi China sudah mendekati posisi terendah dalam 30 tahun terakhir. Kondisi ini melandai hingga ke level 6% tahun lalu dari 6,7% pada tahun 2018 di bawah tekanan dari permintaan domestik yang lemah dan dampak perang dagang antara AS dan China yang meningkat.
Namun, ada tanda-tanda bahwa akhir tahun lalu bisnis bisa kembali pada pijakan yang lebih solid. Setelah keluarnya beberapa kebijakan untuk mendorong ekonomi.