Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - DAVAO. Mantan Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, saat ini ditahan di Den Haag, Belanda, sambil menunggu persidangan atas tuduhan kejahatan terhadap kemanusiaan terkait perang melawan narkoba yang menewaskan ribuan orang selama masa jabatannya.
Meski berada dalam tahanan, Duterte tetap mencalonkan diri sebagai wali kota Davao City dalam pemilihan paruh waktu yang berlangsung Senin ini.
Di kota kelahirannya tersebut, Duterte diperkirakan akan meraih kemenangan, berkat dukungan kuat dari basis politik keluarganya. Namun, pengaruhnya di luar Davao masih belum pasti.
Baca Juga: Wali Kota Taipei Serukan Perdamaian Saat Pertemuan dengan Pejabat China
“Saya melihat sendiri pencapaiannya, baik saat menjadi wali kota maupun presiden. Dari perjuangannya melawan narkoba hingga kontribusinya untuk negara,” ujar Jennifer Maumbas (28), seorang pegawai kafe yang memajang spanduk bergambar Duterte.
“Apa pun yang terjadi, kami tetap mendukungnya,” sambungnya.
Penangkapan Duterte pada Maret lalu, atas permintaan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC), menjadi pukulan berat bagi dinasti politik Duterte.
Sejak naik ke tampuk kekuasaan pada 2016 setelah menjabat sebagai wali kota Davao, ia dikenal dengan gaya kepemimpinan keras dan kebijakan luar negeri yang berani.
Selama masa kepresidenannya, Duterte meluncurkan "perang terhadap narkoba" yang menurut kelompok hak asasi manusia telah menewaskan lebih dari 6.000 orang, angka yang jauh melebihi klaim resmi kepolisian.
Baca Juga: Debat Pilkada Jateng: Hendi Klaim Pernah Naikkan UMK 50% saat Jadi Wali Kota Semarang
Tuduhan atas pelanggaran hak asasi inilah yang menyebabkan ia diadili di Belanda.
Menurut Ederson Tapia, pakar administrasi publik dari Universitas Makati, nama Duterte masih memiliki daya tarik kuat di Davao.
“Namun, belum jelas apakah dukungan tersebut bisa diterjemahkan ke tingkat nasional. Semua indikasi menunjukkan mereka masih punya basis yang solid, tetapi belum tentu cukup untuk membangun kampanye kuat di 2028.”
Putri Duterte, Sara Duterte, yang saat ini menjabat sebagai Wakil Presiden, juga tengah menghadapi tekanan politik. Ia menjadi target upaya pemakzulan atas sejumlah tuduhan, termasuk dugaan ancaman terhadap Presiden Ferdinand Marcos Jr, sekutu utamanya dalam koalisi yang memenangkan pemilu 2022.
Baca Juga: Protes Besar Melanda Berbagai Kota di Turki Usai Penahanan Wali Kota Istanbul
Ketegangan internal, perebutan kekuasaan, dan perbedaan kebijakan membuat aliansi mereka retak.
Pemilu paruh waktu ini mempertaruhkan lebih dari 18.000 posisi, termasuk 317 kursi kongres dan ribuan jabatan lokal. Persaingan paling ketat terjadi untuk 12 kursi Senat, lembaga legislatif penting yang anggotanya juga berperan sebagai juri dalam proses pemakzulan.
Kandidat-kandidat dari kubu Marcos masih mendominasi jajak pendapat, tetapi simpati terhadap keluarga Duterte, khususnya pasca penangkapan Rodrigo Duterte, berpotensi memengaruhi hasil, terutama di wilayah selatan Filipina.