Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tri Adi
Saat di Squibb, John memiliki seorang mentor yang tak disebutkan namanya, orang ini lah yang mengajarkannya menjadi seorang manajer yang baik.
Brown mengaku selama lima tahun belajar banyak dari orang ini. Terutama caranya menuntun seseorang untuk menjadi lebih baik. Beberapa hal yang Ia pelajari misalnya seperti mengkoordinasi produk baru, relokasi pegawai, menjadi kepala proyek, menjadi pemimpin di pusat penelitian, manajer manufaktur, manajer personalia hingga menjadi asisten pemimpin perusahaan.
Kegigihannya dalam bekerja pun akhirnya mendapat perhatian lebih dari mentornya. Iapun ditunjuk sebagai salah satu inisiator dari rencana ekspansi Squibb yakni mengakuisisi Edward Weck & Company, produsen alat bedah manual yang terkemuka kala itu.
Namanya pun mulai terkenal karena rencana perusahaannya untuk melakukan akuisisi sudah lama berlangsung, tapi tak kunjung usai. Brownlah yang menjadi tokoh kunci terkait kesuksesan akuisisi tersebut.
Nah, kiprahnya pun mulai mendapat sorotan dari perusahaan besar. Akhirnya pada tahun 1976 Brown mendapat telepon dari seorang perekrut, yang membantu Stryker setelah kehilangan Presiden sekaligus Direktur Keuangan yaitu Lee Stryker, putra pendiri perusahaan yang tewas dalam kecelakaan pesawat. Perusahaan ini membutuhkan pemimpin yang baru.
Ia sebenarnya ragu untuk menerima tawaran tersebut, namun mentornya di Squibb itu mendorongnya untuk mengambil peluang tersebut. Akhirnya, setelah menerima tawaran tersebut, 15 menit setelahnya seluruh anggota Dewan Direksi di Stryker menyetujui Brown untuk memimpin perusahaan. Ia dinilai tangguh dan cukup cerdik dalam berbisnis, ditambah pengalamannya yang sudah sangat banyak.
Dari sinilah, Brown berhasil memupuk kekayaan hingga Forbes mencatat menembus US$ 4,1 miliar dan berada di rangking 400 besar miliarder dunia.
(Selesai)