Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - SYDNEY. Maskapai penerbangan nasional Australia, Qantas Airways, pada Minggu (12/10) mengonfirmasi bahwa data pelanggannya telah dipublikasikan oleh kelompok peretas. Pencurian data pelanggan ini telah terjadi pada Juli lalu.
Dalam pernyataannya, Qantas membenarkan jika pihaknya merupakan salah satu dari sejumlah perusahaan global yang menjadi korban serangan siber, di mana data pelanggan mereka dicuri melalui platform pihak ketiga.
Qantas pada bulan Juli telah mengungkapkan bahwa lebih dari satu juta pelanggan telah terdampak secara serius akibat peretasan tersebut. Informasi sensitif seperti nomor telepon, tanggal lahir, dan alamat rumah telah diakses oleh peretas. Selain itu, data empat juta pelanggan lainnya berupa nama dan alamat email juga berhasil dicuri.
Baca Juga: Qantas Boeing 737 Sempat Mayday, Selamat Mendarat di Auckland
Insiden ini menjadi salah satu pelanggaran data terbesar di Australia dalam beberapa tahun terakhir, menyusul serangan siber terhadap perusahaan telekomunikasi Optus dan perusahaan asuransi kesehatan Medibank pada 2022. Dua kasus tersebut telah mendorong pemerintah Australia untuk menerapkan undang-undang ketahanan siber yang lebih ketat.
Qantas menambahkan bahwa saat ini mereka tengah bekerja sama dengan pakar keamanan siber untuk menyelidiki data apa saja yang telah dipublikasikan oleh para pelaku.
"Kami memiliki perintah pengadilan yang berlaku untuk mencegah agar data yang dicuri tidak dapat diakses, dilihat, dipublikasikan, digunakan, ditransmisikan, atau disebarluaskan oleh siapa pun, termasuk pihak ketiga," kata pihak maskapai dalam pernyataan resminya.
Menurut laporan The Guardian Australia, kelompok peretas yang menamakan diri sebagai Scattered Lapsus$ Hunters berada di balik kebocoran data ini. Mereka merilis data tersebut setelah tenggat waktu pembayaran tebusan yang mereka tetapkan berlalu tanpa tanggapan.
Qantas menolak memberikan komentar terkait laporan tersebut.













