Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - HANGZHOU. Kehadiran DeepSeek, perusahaan rintisan kecerdasan buatan (AI) asal China, telah memicu gejolak di pasar saham AS dan memancing diskusi luas tentang persaingan teknologi dan geopolitik antara AS dan China.
DeepSeek menjadi sorotan global setelah asisten AI-nya menjadi aplikasi gratis paling banyak diunduh di App Store Apple pada Senin lalu. Popularitas ini muncul di tengah ketertarikan terhadap kompetitor baru ChatGPT.
Melansir Abc.net,au, Selasa (28/1/2025), DeepSeek, yang didirikan pada 2023 di Hangzhou, telah mengembangkan model bahasa AI besar dengan efisiensi biaya tinggi.
Baca Juga: Startup AI China, DeepSeek Menyalip ChatGPT di Apple App Store
Salah satu modelnya, R1, menarik perhatian karena kemampuan "penalaran" tingkat lanjut dan biaya pengembangan yang jauh lebih rendah dibandingkan produk serupa dari perusahaan AS seperti OpenAI.
Namun, keberhasilan ini memunculkan pertanyaan tentang besarnya investasi perusahaan teknologi AS dalam pengembangan AI generatif.
Sebagian pengamat industri AS bahkan menyebut DeepSeek sebagai "momen Sputnik AI," merujuk pada peristiwa peluncuran satelit Soviet yang memulai perlombaan luar angkasa selama Perang Dingin.
Baca Juga: Pernyataan Donald Trump Ini Bikin Pasar Saham AS Naik, dan Bitcoin Rekor US$ 106.446
DeepSeek dipimpin Liang Wenfeng, mantan pendiri dana lindung nilai High-Flyer. Liang juga merupakan satu-satunya pemimpin AI yang menghadiri pertemuan pengusaha dengan Perdana Menteri China Li Qiang, yang mendorong penguatan teknologi inti nasional.
Dampak Geopolitik dan Ekonomi
Keberhasilan DeepSeek menyoroti perdebatan di AS tentang strategi menghadapi dominasi Tiongkok di bidang AI. Kapitalis ventura Marc Andreessen memperingatkan bahwa regulasi berlebihan terhadap AI dapat melemahkan daya saing AS.
Di sisi lain, kemajuan DeepSeek mengancam kebijakan luar negeri AS yang berupaya membatasi akses China terhadap semikonduktor AI. Beberapa ahli menilai peluncuran DeepSeek bersifat strategis untuk melemahkan efektivitas kontrol ekspor AS.
Kehadiran DeepSeek juga mengguncang raksasa teknologi Nvidia, yang sahamnya turun 17% atau setara US$ 590 miliar pada Senin malam.
Baca Juga: Pasar Saham AS Berpotensi Masuk Tren Bullish Usai Kemenangan Trump
Meski demikian, Nvidia tetap mendukung inovasi DeepSeek dan menyebutnya sebagai "kemajuan AI yang luar biasa." Perusahaan tersebut memperkirakan permintaan chipnya akan meningkat untuk mendukung layanan DeepSeek.
Laporan menunjukkan bahwa DeepSeek menggunakan sekitar 2.000 chip Nvidia H800, yang dirancang sesuai kontrol ekspor AS.
Seiring popularitasnya, DeepSeek menghadapi tantangan berupa serangan siber besar-besaran yang memaksa perusahaan membatasi pendaftaran pengguna baru. Selain itu, unduhan yang melonjak menyebabkan pemadaman layanan secara sporadis.
Baca Juga: Wall Street: Nasdaq Longsor, AI China DeepSeek Hantam Saham-Saham Teknologi
Meski demikian, DeepSeek terus menarik perhatian global sebagai simbol persaingan sengit antara AS dan China di bidang teknologi AI.