Sumber: Reuters | Editor: Harris Hadinata
KONTAN.CO.ID - HONG KONG. Perusahaan rintisan akal imitasi (AI) asal China, MiniMax Group, menggelar pencatatan saham di Hong Kong senilai HK $16,7 miliar, sekitar Rp 35,83 triliun. Menurut keterbukaan yang dipublikasikan bursa saham Hong Kong, Rabu (31/12), MiniMax menargetkan melepas 25,4 juta saham.
Harga saham perdana tersebut dipatok pada kisaran HK$ 151 hingga HK$ 165 per saham. Dengan demikian, target nilai emisi mencapai HK$ 4,19 miliar. Rencananya, saham MiniMax ini akan mulai diperdagangkan pada 9 Januari mendatang. Dengan demikian, valuasi MiniMax diprediksi akan mencapai US$ 6,5 miliar.
Sekadar info, MiniMax termasuk dalam kelompok pertama pengembang model bahasa besar asal China yang mencari pencatatan publik di Hong Kong. Didirikan pada awal 2022 oleh mantan eksekutif SenseTime, Yan Junjie, perusahaan ini mengembangkan model AI multimodel, seperti MiniMax M1, Hailuo-02, Speech-02, dan Music-01, yang dapat memproses teks, audio, gambar, video, dan musik.
Baca Juga: JD.com Siap Guyur Pasar Hong Kong Lewat IPO JDi hingga HK$3,27 Miliar
Prospektus IPO menunjukkan, MiniMax juga telah mendapatkan investasi utama dari sejumlah investor besar, antara lain Alibaba, Otoritas Investasi Abu Dhabi, Boyu dari Tiongkok, dan Mirae Asset.
Rencana IPO MiniMax ini menambah ramai gelaran IPO yang dilakukan perusahaan teknologi di bursa saham Hong Kong tahun ini. Spesialis semikonduktor OmniVision Integrated Circuits dan GigaDevice Semiconductor juga telah memulai proses penawaran saham perdana (IPO) mereka, dengan tujuan mengumpulkan sekitar US$ 600 juta masing-masing.
Perusahaan saingan, Knowledge Atlas Technology, atau Zhipu AI, meluncurkan penawaran sahamnya sehari sebelumnya. Perusahaan ini berupaya mengumpulkan HK$ 4,35 miliar. Bila sukses, valuasi perusahaan ini akan mencapai HK$ 51,2 miliar.
Baca Juga: Saham AI China Anjlok! Bursa Ditutup Menguat Tipis Senin (8/9)
Produsen cip memori asal Tiongkok ChangXin Memory Technologies dan unit cip AI Baidu, Kunlunxin, juga termasuk di antara perusahaan yang berupaya mencatatkan saham di bursa saham domestik atau Hong Kong.
"Gelombang persetujuan IPO menunjukkan pergeseran dalam mempercepat pengembangan startup AI melalui akses pasar modal," kata Lian Jye Su, Kepala Analis Omdia, sebuah perusahaan riset teknologi, seperti dikutip Reuters, Rabu (31/12).
Menurut Lian, meskipun AS mempertahankan keunggulan dalam komputasi dan kinerja model terdepan karena superioritas cip, akses ke pendanaan publik akan membantu China membangun ekosistem AI yang tangguh dan mandiri dengan dampak minimal dari pembatasan teknologi.
Baca Juga: Cekat AI Hadirkan Solusi Chat Terintegrasi untuk Dongkrak Penjualan Pelaku Usaha
Minat investor terhadap industri AI China telah meningkat sejak munculnya DeepSeek. Ekspansi ke industri AI China juga dilakukan perusahaan barat. Meta mengumumkan mengakuisisi Manus, yang memicu ekspektasi arus transaksi yang kuat hingga tahun 2026.
IPO OmniVision menarik perhatian Wildlife Willow milik Boyu Capital, UBS Asset Management Singapore, dan PSBC Wealth Management milik China Post sebagai investor utama. Sementara GigaDevice mendapatkan komitmen dari CPE dan Yunfeng Capital, sebagaimana ditunjukkan dalam prospektus mereka.
Perusahaan bioteknologi Suzhou Ribo Life Science, produsen tembaga katoda Yunnan Jinxun Resources, dan perusahaan logistik Hongxing Coldchain (Hunan) juga meluncurkan penawaran pada hari terakhir tahun 2025.
Baca Juga: Terbongkar: China Diam-Diam Jadi Kreditor Terbesar AS Lewat Pinjaman Tersembunyi
Hong Kong telah mengumpulkan US$ 36,5 miliar dari 114 pencatatan saham baru pada tahun 2025, tahun terkuatnya sejak 2021. Nilai tersebut lebih tinggi tiga kali lipat dari sekitar US$ 11,3 miliar yang dikumpulkan pada 2024.













