Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Bursa saham China ditutup menguat tipis pada perdagangan Senin (8/9/2025), ditopang oleh kenaikan saham sektor consumer staples yang mampu mengimbangi tekanan pada saham teknologi, khususnya artificial intelligence (AI).
Melansir Reuters, Indeks blue-chip CSI300 naik 0,2%, sementara Shanghai Composite Index menguat 0,4%. Di Hong Kong, indeks acuan Hang Seng ditutup lebih tinggi 0,9%.
Baca Juga: PDB Arab Saudi Melesat 3,9% Kuartal II 2025: Bukan Minyak, Tapi Ini!
Saham-saham AI, yang sejak awal tahun melonjak hampir 50%, terkoreksi sekitar 2%. Produsen chip Cambricon Technologies merosot 5,4%.
Sedangkan raksasa modul optik Zhongji Innolight Co dan Eoptolink Technology anjlok hingga 15% masing-masing, meski keduanya akan masuk ke dalam FTSE China A50 Index pada 19 September mendatang.
Pekan lalu, bursa China sempat mencatat penurunan mingguan terbesar dalam lima bulan terakhir akibat aksi ambil untung pasca parade militer terbesar di Beijing, serta kabar bahwa pemerintah sedang mempertimbangkan langkah untuk meredam spekulasi berlebihan di pasar saham.
Di sisi lain, saham consumer staples menguat 1,9% dan menjadi penopang utama pergerakan bursa.
Baca Juga: Jerman Terpukul Tarif AS: Ekspor Turun 0,6% di Juli 2025
Sektor properti juga ikut menguat 1,4% setelah kota tier-1 Shenzhen melonggarkan sebagian aturan pembelian rumah pada Jumat lalu.
Tim riset UBS China Equity menilai, sekalipun ada langkah pengendalian baru dari otoritas, kemungkinan tidak akan seketat tahun 2015.
Hal ini mengingat arus dana ke ETF dan tingkat leverage pembiayaan masih berada di level sehat.
UBS juga menyoroti volatilitas harga belakangan ini yang menegaskan pentingnya strategi lindung nilai melalui instrumen opsi.
Baca Juga: Indeks Topix Cetak Rekor, Yen dan Obligasi Jepang Tertekan Usai PM Ishiba Mundur
Apalagi dukungan dari investor institusi negara yang kerap disebut “national team put” dinilai mulai berkurang usai parade militer.
Sementara itu, reaksi pasar relatif terbatas terhadap data perdagangan terbaru. Ekspor China melambat pada Agustus, terutama akibat penurunan pengiriman ke Amerika Serikat, seiring berakhirnya dorongan sementara dari gencatan tarif antara Beijing dan Washington.