kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Di luar dugaan, China menaikkan bunga 0,25%


Selasa, 19 Oktober 2010 / 20:58 WIB
Di luar dugaan, China menaikkan bunga 0,25%
ILUSTRASI. Pameran Indonesia Property Expo 2018


Reporter: Cipta Wahyana, Reuters | Editor: Cipta Wahyana

BEIJING. Sebuah kabar mengejutkan datang dari Negeri Panda. Untuk pertama kalinya dalam tiga tahun terakhir, Selasa (19/10), bank sentral China menaikkan suku bunga acuannya.

Kali ini, bank sentral China menaikkan bunga sebesar 0,25% sehingga kini suku bunga simpanan jangka waktu satu tahun menjadi 2,5%. Sementara, suku bunga kredit tenor satu tahun menjadi 5,56%.

Memang kenaikan suku bunga ini masih rencana bank sentral dan harus memperoleh pimpinan tertinggi pemerintahan China. Namun, kecil kemungkinan rencana ini akan batal. Tentu saja, kabar ini di luar dugaan banyak pihak, termasuk para ekonom dan analis. Maklum, sejak tahun 2007, bank sentral China tak pernah mengubah suku bunganya.

Dampak kebijakan ini langsung terasa di seluruh dunia. Harga minyak turun dan bursa Eropa berbalik melemah. "Kenaikan suku bunga ini di luar ekspektasi pasar," ujar Zhu Jiangfang, Kepala Ekonom CITIC Securities di Beijing.

Zhu menduga, bank sentral memutuskan menaikkan suku bunga karena lonjakan inflasi di China memang telah membuat bunga riil (real interest rate) di China menjadi negatif.

Banyak ekonom memprediksi, langkah bank sentral menaikkan bunga ini menjadi sinyal awal bahwa China akan memperketat kebijakan moneter secara lebih agresif. Selama ini, China hanya mengandalkan kebijakan pembatasan kredit dan peningkatan giro wajib minimum perbankan.

Tujuan kebijakan ini tak lain adalah untuk meredam dampak buruk pertumbuhan ekonomi. Salah satunya adalah gelembung (bubble) harga berbagai aset. "Secara fundamental, dengan pertumbuhan ekonomi sekitar 10%, bunga acuan China memang terlalu rendah," ujar Rob Subbaraman, ekonom Nomura di Hong Kong.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×