Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID -Â WASHINGTON. Mengejutkan. Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Mark Esper mengatakan, ia berharap bisa mengunjungi China pada akhir tahun ini untuk meningkatkan saluran "komunikasi krisis".
Padahal sebelumnya, dia mengutuk aktivitas maritim China di Laut China Selatan, yang semakin meningkatkan ketegangan antara Washington dan Beijing.
Awal bulan ini, AS menolak klaim China atas sumber daya lepas pantai di sebagian besar Laut China Selatan, menuai kritik dari China yang mengatakan posisi negeri uak Sam meningkatkan ketegangan di kawasan itu.
Baca Juga: Dubes China untuk AS: Hubungan AS-China jangan dilumuri kecurigaan dan kebencian
"Sebelum tahun ini berakhir, saya berharap untuk mengunjungi RRC (Republik Rakyat China) untuk pertama kalinya sebagai menteri dalam rangka meningkatkan kerjasama dalam bidang-bidang yang menjadi kepentingan bersama, membangun sistem yang diperlukan untuk komunikasi krisis, dan memperkuat niat kami untuk bersaing secara terbuka dalam sistem internasional," Kata Esper, Selasa (21/7), seperti dikutip Reuters.
AS telah lama menentang klaim teritorial China yang luas di Laut China Selatan dan mengirim kapal perang secara teratur melalui jalur air strategis itu. Tetapi, komentar Esper baru-baru ini mencerminkan nada yang lebih keras dari Washington.
"Kami ingin mencegah perilaku memaksa (China)," ujar Esper belum lama ini yang menyebutkan, China telah mengintensifkan perilaku buruknya dalam enam bulan terakhir.
China telah membangun pangkalan di atas atol di wilayah tersebut tetapi mengatakan niatnya damai.
Baca Juga: Hadapi AS, China kirim jet tempur Flanker yang terkenal garang ke Laut China Selatan
Laut China Selatan adalah salah satu dari semakin banyak titik panas dalam hubungan AS-Cina, termasuk tekanan Beijing yang meningkat terhadap Taiwan.
Sebelumnya, Esper menyatakan, tidak ada seorang pun di Taiwan yang percaya bahwa China memiliki niat untuk hidup sesuai prinsip "satu negara, dua sistem".
Menurut dia, China telah melakukan latihan simulasi untuk mengambil alih Taiwan. Dan, ia menyebutnya sebagai kegiatan yang tidak stabil yang meningkatkan risiko kesalahan perhitungan.