Sumber: CNN | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Donald Trump terus berada dalam tekanan dalam pilpres AS. Terlebih, beberapa orang dekatnya dikabarkan mulai meninggalkannya setelah tertinggal dari Joe Biden dalam perhitungan suara sementara.
Sumber CNN yang dekat dengan Gedung Putih mengatakan beberapa pejabat senior di Gedung Putih dan tim kampanyenya diam-diam mulai berpaling dari Trump.
Hal ini setelah perhitungan suara di Pennsylvania dan Georgia menunjukkan bahwa Presiden Trump ada di posisi tertinggal sehingga nyaris menutup pintu bagi Trump untuk kembali jadi presiden AS.
Baca Juga: Trump mau gugat pilpres AS, Partai Republik mesti cari dana Rp 853 miliar
"Sudah berakhir," kata salah satu penasehat utama pemerintah tentang pilres AS. Penasihat tersebut melanjutkan ada kekhawatiran tentang apa yang akan dilakukan Trump, di luar pertanyaan apakah dia akan menyerah.
"Ya Tuhan. Siapa tahu," kata penasihat itu ketika ditanya apa yang mungkin dilakukan Trump selanjutnya.
Namun ia mengakui ada banyak pejabat dalam tim kampanye maupun di Gedung Putih yang menggelengkan kepala setelah pernyataan palsu Trump soal kemenangannya pada Kamis malam di ruang rapat Gedung Putih.
Baca Juga: Trump: Joe Biden jangan asal mengklaim jabatan presiden, langkah hukum baru dimulai!
Beberapa orang dalam tim kampanye, kata penasihat itu, mempertanyakan keputusan Trump untuk mengirim orang-orang seperti Rudy Giuliani dan putra Trump untuk membuat tuduhan penipuan pemilih yang tidak berdasar.
Penasihat itu mengatakan bahwa Trump berhak untuk menentang hasil pemilihan, tetapi ia melakukannya dengan cara yang salah.
Seorang penasihat yang lain menggambarkan Trump semakin terisolasi dalam klaimnya tentang pemilihan yang dicurangi.
Baca Juga: Ajukan gugatan, Trump: Saya tak akan menyerah berjuang untuk Anda dan bangsa
Sang sumber menyebut bagaimanapun masih ada beberapa pembantu dan sekutu di sekitar presiden yang memberi tahu dia apa yang ingin dia dengar. "Hal itu akan membuat drama tetap berjalan," kata sang sumber.
Salah satu titik tekanan bagi Trump adalah bahwa beberapa orang di pemerintahan sudah mulai melupakan pemilihan di tahun 2020 ini dan mulai berpikir soal pilpres 2024.
Seorang penasihat mengatakan beberapa orang di dalam pemerintahan dan GOP mulai mengukur tindakan mereka berdasarkan ambisi untuk siklus kampanye berikutnya.