kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dibayangi Covid-19, warga Singapura akan menentukan pilihan hidup hari ini!


Jumat, 10 Juli 2020 / 06:50 WIB
Dibayangi Covid-19, warga Singapura akan menentukan pilihan hidup hari ini!
ILUSTRASI. Warga Singapura beraktivitas di Orchard Road. REUTERS/Edgar Su


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Warga Singapura akan memberikan suara mereka pada hari Jumat (19/7/2020) di bawah bayangan kelabu pandemi Covid-19. Dalam memberikan suara nanti, mereka diharuskan mengenakan masker dan sarung tangan. Pandemi corona telah menekan ekonomi negara-kota menuju resesi terdalam dan telah menjadikan ketersediaan lapangan pekerjaan sebagai fokus pemilihan.

Melansir Reuters, berkuasa sejak kemerdekaan pada tahun 1965, Partai Aksi Rakyat yang berkuasa diharapkan membawa kembali Perdana Menteri Lee Hsien Loong ke kemenangan lain, dan mungkin kemenangan final.

Putra dari Lee Kuan Yew, pemimpin pendiri Singapura, Lee telah memegang jabatan perdana sejak 2004. Akan tetapi, pada usia 68 tahun, ia telah mengutarakan niatnya untuk mundur di tahun-tahun mendatang.

Baca Juga: Corona di Korea: Kasus impor Covid-19 melonjak ke rekor terbanyak sejak 5 April

Hasil jajak pendapat akan diawasi dengan ketat karena hal itu dilihat sebagai ukuran persetujuan untuk tanggapan pemerintah terhadap krisis virus corona dan generasi pemimpin berikutnya. Perubahan kecil dalam popularitas PAP dapat menyebabkan perubahan kebijakan besar.

Sebagai contoh, ketika kekhawatiran tentang imigrasi dan lapangan pekerjaan berkobar pada 2011, hasil jajak pendapat PAP berada di rekor terendah yakni 60% suara dan akhirnya memperketat aturan perekrutan internasional untuk mengatasi sensitivitas pemilih.

Baca Juga: Pemerintah Singapura melarang pasien Covid-19 ikut pemilu

Dan ketika Singapura menghadapi krisis pandemi corona, kekhawatiran ini muncul kembali.

Terlepas dari turbulensi ekonomi, Singapura tetap menjadi batu karang kecil yang kaya akan stabilitas, berkembang sebagai pusat keuangan, perdagangan, dan transportasi untuk Asia Tenggara.

Hanya ada 2,65 juta pemilih yang akan berpartisipi. Penyelenggara pemilu mengandalkan pengambilan suara yang cepat, teratur dan higienis untuk meminimalkan risiko infeksi coronavirus.

Baca Juga: Soal senjata nuklir, Korea Utara: Korea Selatan harus berhenti ikut campur

Sejak pelonggaran penguncian pada bulan lalu, jumlah kasus virus corona harian baru merangkak kembali ke dobel digit pada pekan lalu, tidak termasuk pekerja migran yang tinggal di asrama di mana tingkat infeksi jauh lebih tinggi.

Itu sebabnya, warga Singapura yang akan memilih wajib mengenakan masker. Para pemilih diharapkan menghabiskan waktu tidak lebih dari lima menit di tempat pemungutan suara, di mana mereka akan memindai sendiri kartu identitas, membersihkan tangan mereka dan menggunakan sarung tangan sekali pakai sebelum menerima kertas suara.

Baca Juga: Andalkan staycation, bisnis wisata Singapura mencoba bangkit lagi

Jumlah sampel diharapkan segera didapat setelah penutupan jajak pendapat pada pukul 8 malam. (1200 GMT) dengan hasil akhir pada Sabtu pagi.

Singapura bukan negara pertama di Asia yang mengadakan pemilihan selama pandemi. Korea Selatan mengadakan pemilihan parlemen pada bulan April - tetapi surat suara wajibnya datang dalam kondisi yang ketat.

Mengutip Reuters, pasien Covid-19 dan mereka yang berada di bawah karantina tidak dapat memilih, tetapi tim pemungutan suara akan membawa kotak suara ke kamar-kamar warga Singapura yang baru saja kembali dari luar negeri dan diisolasi di hotel-hotel.

Baca Juga: Indonesia bisa jadi episentrum pandemi corona, setelah China dan India di Oktober

Mereka yang tidak sehat, seperti batuk atau demam, dapat memberikan suara pada jam khusus di mana petugas pemilu akan mengenakan perlengkapan pelindung penuh dan permukaan akan dibersihkan setelah setiap pemberian suara.

Wabah virus juga menghambat kampanye karena para kandidat harus mematuhi aturan jarak sosial yang membatasi kelompok hingga lima hingga menghindari berjabatan tangan.

Singapura merupakan salah satu negara dengan tingkat kematian Covid-19 terendah di dunia, dan pada awalnya mendapat pujian luas dalam upayanya menahan penyebaran Covid-19.




TERBARU

[X]
×