Sumber: South China Morning Post | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - HONG KONG. Presiden Amerika Serikat Donald Trump berjanji untuk meningkatkan tarif barang-barang dari China senilai US$ 200 miliar dari 10% menjadi 25%. Sejumlah analis menilai kasi ini akan meningkatkan risiko resesi global.
Terlepas dari asumsi yang tersebar luas bahwa pembicaraan perdagangan mengalami kemajuan dengan lancar dan negosiator dari kedua negara hampir mencapai kesepakatan, Trump lewat akun pada twitter-nya menyebut bahwa akan menaikkan tarif dari 10% menjadi 25%.
Dia juga mengancam akan mengenakan tarif sebesar 25% pada barang-barang tambahan senilai US$ 325 miliar yang dikirim oleh China.
Meski mengalami kemajuan, Trump mengatakan bahwa pembicaraan perdagangan berjalan terlalu lambat. Suatu hal yang bertentangan dengan pandangan banyak pengamat perdagangan, yang justru mengkhawatirkan akan ada banyak ruang kesalahan bila pembicaraan dilakukan terlalu cepat.
Kicauan itu pun tak pelak mengguncang pasar di China dan Hong Kong. Bahkan, aksi Trump ini pun disamakan dengan Thanos, karakter dari film Avengers yang memusnahkan separuh dari seluruh semesta dengan hanya menjentikkan jari.
"Dia menjentikkan jarinya dan mengguncang pasar," kata Sheng Liugang, Direktur Program Penelitian Perdagangan dan Pengembangan di Universitas China kepada South China Morning Post.
Liugang menambahkan bahwa langkah itu akan menambah tekanan pada ekonomi China, setelah melaju mulus di kuartal pertama tahun ini. Pertumbuhan tersebut banyak ditopang oleh langkah-langkah stimulus dari Beijing.
Kicauan tersebut bahkan menimbulkan spekulasi bahwa putaran pembicaraan terakhir, yang akan berlangsung pada minggu ini di Washington, tidak akan dilanjutkan.
"Kembalinya perang dagang pasti akan meningkatkan risiko resesi global," kata Ken Cheung Kin-tai, pengamat mata uang Asia di Mizuho Bank.
“Pengenaan tarif juga akan mengembalikan ketidakpastian dan menekan kepercayaan bisnis. Investor akan mempercepat relokasi pabrik-pabrik dari China ke tempat lain, seperti Asia Tenggara, untuk mengurangi risiko pengenaan tarif, sehingga menekan investasi dan lapangan kerja di Tiongkok,” jelasnya.
Aksi Trump yang menunjukkan sifat yang tidak stabil dalam hubungan AS-China. Telah lebih dari 10 negosiasi yang melelahkan di antara kedua negara dalam pembicaraan untuk mengakhiri perang dagang. Termasuk sederet tuntutan yang diajukan AS kepada China.