kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Diversifikasi bisnis lewat sederet akuisisi (3)


Kamis, 25 Agustus 2016 / 14:33 WIB
Diversifikasi bisnis lewat sederet akuisisi (3)


Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Tri Adi

Tak mudah bagi Steven Rales membesarkan Danaher Corporation sebagai salah satu konglomerasi terkenal di Amerika Serikat (AS). Salah satu kunci sukses Steven yakni mendiversifikasi bisnis. Meski awalnya berdiri sebagai perusahaan manufaktur, Danaher kini memiliki banyak lini bisnis, termasuk bioteknologi. Steven memperluas cakupan bisnis melalui skema akuisisi. Steven juga sempat mengecap pengalaman pahit saat akuisisi pertama yang terbilang gagal.

Don't put your eggs in one basket menjadi resep investasi andalan Steven Rales dalam membesarkan Danaher Corporation menjadi konglomerasi tersohor di Amerika Serikat (AS)..

Prinsip investasi ini menjadi landasan bagi Rales untuk getol mendiversifikasi bisnis. Dus, selama 30 tahun membangun Danaher, Steven rajin menggelar akuisisi dan suntikan modal di bawah payung Danaher.

Langkah Steven yang dramatis adalah mengakuisisi Easco Corp pada 1985 silam. Pria berusia 65 tahun ini bersama saudara kandungnya Mitchell Steven, membeli perusahaan produsen alat-alat tangan Easco seharga US$ 171,50 juta atau US$ 18,50 per saham.

Lewat akuisisi itu, Steven dan saudaranya memiliki sekitar 15,8% saham di Easco atau lebih dari 1,12 juta saham. Berkat tangan Steven, Easco Hand Tools berhasil meraih keuntungan dari kondisi rugi sewaktu diakuisisi.

Easco mencatat pendapatan senilai US$ 9,2 juta pada tahun 1987. Sebelumnya, Easco mengalami kerugian senilai US$ 24 juta di tahun 1984.

Salah satu strategi Steven membangkitkan perusahaan adalah lewat efisiensi. Misal, Steven memangkas jumlah staf senior dari 95 orang menjadi kurang dari 40 orang.

Dari langkah itu, Steven menyisakan manajer yang terbaik agar dapat bekerja lebih mandiri dan produktif dengan iming-iming memiliki saham Easco. Tentunya, efisiensi ini mendapat penolakan besar dari sejumlah karyawan yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).

Para karyawan merasa, Steven selaku pemilik baru hanya memiliki orang-orang terbaik dan meninggalkan orang yang sudah loyal dalam mendirikan Easco. Alhasil, serikat pekerja Easco melakukan aksi unjuk rasa.

Steven pun terus melanjutkan bisnis di tengah desakan. Bapak tiga anak ini pun memutuskan menjual sebagian lini bisnis Easco ke perusahaan modal ventura Citicorp Venture Capital yang kini bernama Court Square Capital Partners.  Steven menjual Easco dengan harga US$ 90 juta alias merugi.

Tiga tahun kemudian Steven mendapat tawaran untuk mengakuisisi saham Interco Inc pada tahun 1988.  Awalnya, Steven mendapat tawaran mencaplok Interco dengan harga US$ 64 per saham atau US$ 2,1 miliar. Interco merupakan produsen furnitur dengan merek Ethan Allen dan produsen sepatu bermerek Converse.

Tak ingin mengulang kesalahan sama, Steven membalas tawaran pemilik Interco Inc melalui penawaran merger dengan harga US$ 2,3 miliar. Konsolidasi ini meliputi Etchan Allen, Converse, jas hujan merek London Fog, dan puluhan peralatan rumah tangga dan merek pakaian lainnya.

Alasan Steven tertarik berbisnis dengan Interco Inc karena ia berniat mendirikan perusahaan ritel melalui penjualan pakaian dan sepatu yang sedang eksis pada masa itu. Harapannya, merek-merek pakaian dan sepatu di bawah Interco dapat menyumbang pendapatan di atas US$ 3,3 miliar per tahun.

Akhirnya, Steven mengakuisisi Interco Inc dengan harga US$ 2,6 miliar. Berdasarkan rencana, perusahaan menjual seluruh bisnis pakaian perusahaan untuk memperoleh uang. Nah, uang ini untuk hadiah bagi para pemegang saham melalui saham pembelian kembali atau pembayaran dividen.

Terakhir, Steven mendirikan perusahaan manufaktur untuk industri alat berat bernama Colfax Company di tahun 1995. Agar lebih besar, Steven mengakuisisi IMO Industries dan Allweiler AG. Melalui akuisisi, Danaher pun berkembang pesat menjadi konglomerasi.                  

(Bersambung)



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×