kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.609.000   -2.000   -0,12%
  • USD/IDR 16.175   0,00   0,00%
  • IDX 7.166   -66,59   -0,92%
  • KOMPAS100 1.055   -9,60   -0,90%
  • LQ45 831   -12,11   -1,44%
  • ISSI 214   0,13   0,06%
  • IDX30 427   -6,80   -1,57%
  • IDXHIDIV20 512   -6,51   -1,26%
  • IDX80 120   -1,15   -0,95%
  • IDXV30 123   -0,75   -0,60%
  • IDXQ30 140   -2,07   -1,45%

DNA Bebek Ditemukan di Kedua Mesin Pesawat Jeju Air yang Jatuh


Senin, 27 Januari 2025 / 10:41 WIB
DNA Bebek Ditemukan di Kedua Mesin Pesawat Jeju Air yang Jatuh
ILUSTRASI. People work at the site where an aircraft went off the runway and crashed at Muan International Airport, in Muan, South Korea, December 30, 2024. REUTERS/Kim Soo-hyeon 


Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - SEOUL. DNA bebek ditemukan di kedua mesin pesawat Jeju Air yang jatuh bulan lalu, menurut laporan awal yang dirilis pada Senin (27/1).

Namun, pihak berwenang masih menyelidiki penyebab kecelakaan udara paling mematikan di Korea Selatan ini.

Baca Juga: Korea Selatan akan Merilis Laporan Awal Kecelakaan Jeju Air pada Senin (27/1)

Laporan setebal enam halaman yang dirilis oleh otoritas Korea Selatan ini mengungkapkan bahwa kedua mesin pesawat Boeing 737-800 tersebut mengandung DNA dari Baikal Teal, sejenis bebek migrasi yang biasanya datang ke Korea Selatan pada musim dingin dalam jumlah besar.

Namun, laporan tersebut belum memberikan kesimpulan awal mengenai penyebab pesawat mendarat tanpa roda pendaratan (landing gear) terbuka, serta alasan rekaman data penerbangan berhenti empat menit sebelum kecelakaan.

Penerbangan Jeju Air dari Bangkok pada 29 Desember tersebut keluar dari landasan pacu Bandara Muan saat melakukan pendaratan darurat perut pesawat (belly landing) dan menabrak tanggul yang berisi peralatan navigasi bernama localiser.

Kecelakaan ini menewaskan 179 dari 181 penumpang dan kru di dalam pesawat.

"Setelah menabrak tanggul, terjadi kebakaran dan ledakan sebagian. Kedua mesin terkubur dalam gundukan tanah di tanggul, dan bagian depan badan pesawat tersebar hingga jarak 30-200 meter dari tanggul," demikian isi laporan tersebut, yang juga disertai foto-foto baru lokasi kecelakaan.

Baca Juga: Titik Terang Penyebab Kecelakaan Pesawat Jeju Air Makin Terlihat

Localiser, alat bantu navigasi pesawat untuk mendekati landasan pacu, didukung oleh struktur beton bertulang dan tanah di Bandara Muan.

Para ahli menyebut struktur ini kemungkinan berkontribusi pada tingginya jumlah korban tewas.

Penyelidikan Lebih Lanjut

Penyelidikan selanjutnya akan membongkar mesin pesawat, memeriksa komponen secara mendalam, menganalisis data penerbangan dan kontrol lalu lintas udara, serta menyelidiki tanggul, localiser, dan bukti adanya tabrakan dengan burung, menurut laporan itu.

"Semua kegiatan penyelidikan ini bertujuan untuk menentukan penyebab pasti kecelakaan," tulis laporan tersebut.

Baca Juga: Bulu Burung dan Darah Ditemukan di Dua Mesin Jet Jeju Air 7C2216 yang Jatuh di Muan

Laporan ini juga menyoroti temuan awal dari penyelidik Korea Selatan yang telah dibagikan kepada keluarga korban pada Sabtu, termasuk kesadaran pilot terhadap kawanan burung saat pesawat mendekati landasan.

Waktu pasti saat pilot melaporkan tabrakan dengan burung masih belum dikonfirmasi, tetapi laporan kecelakaan menyebutkan bahwa pesawat "mengeluarkan deklarasi darurat (Mayday x 3) akibat tabrakan dengan burung selama manuver go-around."

Namun, laporan ini tidak menjelaskan penyebab Cockpit Voice Recorder (CVR) dan Flight Data Recorder (FDR) berhenti merekam secara bersamaan tepat sebelum pilot mengumumkan keadaan darurat.

Pada saat rekaman penerbangan berhenti, pesawat berada pada ketinggian 498 kaki (152 meter) dengan kecepatan 161 knot (298 km/jam) sekitar 1,1 mil laut (2 km) dari landasan pacu.

Baca Juga: Korea Selatan Rancang Perombakan Struktur Bandara Usai Kecelakaan Fatal Jeju Air

Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO), sebuah badan PBB, mewajibkan penyelidik kecelakaan untuk menghasilkan laporan awal dalam 30 hari setelah kecelakaan dan mendorong laporan akhir dipublikasikan dalam waktu 12 bulan.

Dewan Investigasi Kecelakaan Penerbangan dan Kereta Api Korea Selatan telah membagikan laporannya dengan ICAO, Thailand, serta Amerika Serikat dan Prancis, yang merupakan negara asal produsen pesawat dan mesin, menurut seorang pejabat pada Senin.

Selanjutnya: Harga Komoditas Logam Melemah Saat Dolar Menguat, Senin (27/1)

Menarik Dibaca: 5 Aktris Korea yang Dijuluki Queen of Drama Korea Termasuk Song Hye Kyo



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×