kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dokter China pertama yang ingatkan bahaya virus corona meninggal dunia


Jumat, 07 Februari 2020 / 08:07 WIB
Dokter China pertama yang ingatkan bahaya virus corona meninggal dunia
ILUSTRASI. Ilustrasi virus corona. REUTERS/Thomas Peter


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Salah satu dokter China pertama yang mencoba memperingatkan dunia tentang virus corona meninggal dunia pada hari Jumat. Kejadian ini memicu simpati dan duka cita di media sosial China. Pada saat yang sama, Beijing menyatakan "perang rakyat" pada wabah yang menyebar cepat itu.

Li Wenliang, 34 tahun, adalah dokter spesialis mata di sebuah rumah sakit di Wuhan, kota yang paling parah dilanda wabah.

Dia dan tujuh orang lainnya ditegur oleh polisi Wuhan bulan lalu karena menyebarkan informasi "ilegal dan salah" tentang virus corona setelah sebelumnya memperingatkan dokter di media sosial tentang tujuh kasus virus baru yang misterius. Peringatannya itu bertujuan untuk membantu dokter lain.

Baca Juga: Dua WNA diobservasi di Natuna, Menkes: Tak perduli warga mana, saya pelihara semua

Banyak orang China biasa di media sosial menggambarkan Li sebagai pahlawan dan tokoh tragis, yang mencerminkan ketidakmampuan pihak berwenang setempat untuk menangani kemunculan virus pada awal wabah.

Melansir Reuters, pada hari Jumat, provinsi Hubei di China, tempat Wuhan berada, melaporkan 69 kematian baru, menjadikan totalnya di China lebih dari 600 jiwa. Dilaporkan juga ada hampir 2.500 kasus baru, sehingga menjadikan total korban terinfeksi virus corona di China lebih dari 30.000. Angka untuk semua daratan China diperkirakan akan segera menyusul.

Baca Juga: Dilanda panic buying karena isu karantina, warga Hong Kong borong beras dan tisu

Presiden Cina Xi Jinping berusaha meyakinkan warganya dan dunia bahwa China akan mengalahkan virus korona.

"Seluruh negara telah menanggapi dengan segala kekuatannya untuk menanggapi dengan langkah-langkah pencegahan dan kontrol yang paling teliti dan ketat, China memulai perang rakyat untuk pencegahan dan pengendalian epidemi," kata Xi seperti yang dikutip oleh kantor berita Xinhua saat melakukan panggilan telepon dengan Raja Salman dari Arab Saudi.

Baca Juga: Menhub: Penutupan rute penerbangan ke China diputuskan secara hati-hati

Dalam gambar yang mencolok dari jangkauan epidemi, sekitar 3.700 orang yang ada di kapal pesiar di Jepang, Diamond Princess, harus menjalani observasi dan karantina selama setidaknya dua minggu di kapal. Dilaporkan, ada 20 kasus yang ditemui di kapal pesiar itu.

Di Hong Kong, kapal pesiar lain dengan 3.600 penumpang dan awak dikarantina untuk hari kedua sambil menunggu pengujian dengan tiga kasus di dalamnya. Taiwan, yang memiliki 13 kasus, melarang kapal pesiar internasional untuk berlabuh.

Di China, kota-kota telah ditutup, penerbangan dibatalkan dan pabrik ditutup. Kondisi ini memutus jalur pasokan yang penting bagi bisnis internasional.

Baca Juga: Virus corona merebak, Singapura jadi negara yang orang hindari

Sejumlah perusahaan, termasuk Hyundai Motor Co, Tesla Inc, Ford Motor Co, PSA Peugeot Citroen, Nissan Motor Co Ltd, Airbus, Adidas dan Foxconn ikut terkena dampaknya.

Analis keuangan telah memangkas prospek pertumbuhan China, dengan lembaga pemeringkat Moody's melihat adanya risiko rendah untuk penjualan dan produksi mobil.

Baca Juga: Penempatan pekerja migran Indonesia ke negara terdampak virus corona diperketat

Harian Nikkei Jepang memberitakan, Nintendo Co Ltd juga memperingatkan akan adanya keterlambatan produksi dan pengiriman Switch console serta barang lainnya ke pasar Jepang. Honda Motor Co sedang mempertimbangkan untuk menunda operasi lebih lama dari yang direncanakan di tiga pabriknya di Wuhan.

Pemerintah Indonesia mengatakan akan kehilangan US$ 4 miliar dalam pariwisata jika perjalanan dari Tiongkok terganggu sepanjang tahun.

Lebih dari dua lusin pameran dagang besar dan konferensi industri di Asia, tempat transaksi bernilai miliaran dollar, telah ditunda.

Baca Juga: Batik Air mengalami kerugian pasca rute penerbangan dari dan ke China ditutup

Hong Kong, yang dilanda kerusuhan anti-pemerintah selama berbulan-bulan, mengatakan virus corona merusak ekonominya dan mendesak bank untuk mengadopsi "sikap simpatik" dengan peminjam.

Tetapi Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan, pihaknya masih mengharapkan China mempertahankan komitmennya untuk meningkatkan pembelian barang dan jasa Amerika setidaknya US$ 200 miliar selama dua tahun ke depan, sebagai bagian dari kesepakatan perdagangan Fase 1.

Seorang sumber Reuters membisikkan, China, yang telah terancam dikucilkan, sedang mempertimbangkan menunda pertemuan tahunan badan legislatif tertinggi, Kongres Rakyat Nasional, mulai 5 Maret mendatang.

Baca Juga: Meski ada virus corona, AS harap China tetap komitmen perjanjian dagang

Berburu obat HIV

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan masih terlalu dini untuk mengatakan wabah sudah memuncak.

Seorang pejabat China mengatakan krisis itu bisa mendekati puncaknya, dengan lebih dari 1.300 pasien keluar dari rumah sakit, meskipun jumlah pasien baru yang didiagnosis dengan coronavirus masih meningkat.

Baca Juga: Wabah virus corona diprediksi bisa kikis cadangan devisa Indonesia

"Saya memiliki keyakinan penuh bahwa kita akan selangkah lebih maju dari virus," kata pejabat itu. "Tantangan terbesar adalah pengendalian penyebaran penyakit, dan membiarkan semua pasien yang dicurigai disembuhkan di rumah sakit."

Devy, 38 tahun dari provinsi Shandong, mengatakan dia termasuk di antara ratusan orang yang meminta disuntikkan obat HIV untuk pengobatan antivirus.

"Ketika Anda dibiarkan sendirian, melihat bayangan kabur dari jauh, saya pikir tidak ada yang bisa merasa tenang," kata Devy kepada Reuters.




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×