Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Dolar Amerika Serikat (AS) bergerak stabil pada perdagangan awal Asia Jumat (19/9/2025) ini, setelah investor mencerna dampak keputusan Federal Reserve (The Fed) dan bersiap menanti kebijakan dari Bank of Japan (BoJ).
Indeks dolar naik tipis 0,1%, menguat dari posisi terendah tiga setengah tahun pada Rabu lalu setelah The Fed memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin, tetapi memberi sinyal tidak terburu-buru menurunkan biaya pinjaman lebih lanjut.
Baca Juga: Rupiah Dibuka Melemah ke Rp 16.573 Per Dolar AS Hari Ini, Mayoritas Asia Turun
Mata uang AS masih berpeluang mencatatkan penurunan mingguan ketiga berturut-turut.
Terhadap yen Jepang, dolar terakhir menguat 0,1% menjadi 148,085 yen, setelah data inflasi inti Jepang menunjukkan laju kenaikan harga paling lambat dalam sembilan bulan terakhir.
Laporan inflasi ini akan menjadi salah satu faktor pertimbangan BoJ dalam menetapkan kebijakan suku bunga, yang diperkirakan akan tetap di 0,5%.
“Fokus pasar adalah apakah akan ada sinyal atau persiapan langkah lanjutan pada pertemuan Oktober nanti,” kata Ray Attrill, kepala strategi FX di National Australia Bank, Sydney.
Pemilihan kepemimpinan Partai Liberal Demokrat (LDP) untuk menentukan pengganti Perdana Menteri Shigeru Ishiba diperkirakan menahan langkah Gubernur BoJ Kazuo Ueda.
Politisi veteran Jepang, Sanae Takaichi, yang dikenal sebagai fiscal dove dan berpeluang menjadi perdana menteri wanita pertama, dijadwalkan mengadakan konferensi pers untuk menjelaskan kebijakan ekonominya.
Baca Juga: Dolar AS Bangkit Kamis (18/9), Pasar Nilai The Fed Tak Terlalu Dovish
Sorotan Ekonomi Global
Di pasar valuta asing secara luas, investor menimbang dampak jangka panjang kebijakan tarif Presiden Donald Trump terhadap dolar sebagai mata uang cadangan utama dunia.
Mahkamah Agung AS dijadwalkan menggelar sidang pada 5 November untuk menilai legalitas tarif global Trump, yang menjadi ujian penting atas kekuatan eksekutif presiden dalam agenda perdagangan dan ekonomi.
Trump juga kerap mengkritik The Fed karena tidak memangkas suku bunga lebih cepat dan besar, memunculkan kekhawatiran atas independensi bank sentral.
Pasar menilai probabilitas pemangkasan suku bunga 25 basis poin pada pertemuan Oktober kini mencapai 91,9%, naik dari 87,4% sehari sebelumnya, menurut FedWatch Tool CME Group.
Permintaan asing terhadap aset pendapatan tetap dalam dolar tetap kuat. Data Departemen Keuangan AS menunjukkan kepemilikan surat utang AS oleh investor luar negeri mencapai rekor pada Juli, dipimpin oleh Jepang dan Inggris.
Baca Juga: Rupiah Melemah ke Rp 16.527 per Dolar AS, Cek Prediksi untuk Jumat (19/9)
Pergerakan Mata Uang Lain
Euro turun tipis 0,1% menjadi US$1,1777, setelah ratusan ribu orang mengikuti protes anti-austerity di Prancis.
Sterling melemah 0,1% menjadi US$1,3555, seiring Bank of England menahan suku bunga dan memperlambat pengurangan obligasi pemerintah.
Dolar Selandia Baru (kiwi) turun 0,1% ke US$0,5875, memperpanjang kerugian pasca-data PDB kuartal II yang suram.
Yuan lepas pantai diperdagangkan pada 7,1143 per dolar, melemah 0,1%, sementara dolar Australia turun 0,2% ke $0,6601.