kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.924.000   -8.000   -0,41%
  • USD/IDR 16.210   -85,00   -0,52%
  • IDX 6.897   65,26   0,96%
  • KOMPAS100 1.002   13,05   1,32%
  • LQ45 771   10,32   1,36%
  • ISSI 224   1,60   0,72%
  • IDX30 397   5,48   1,40%
  • IDXHIDIV20 461   5,31   1,16%
  • IDX80 113   1,46   1,31%
  • IDXV30 113   0,44   0,39%
  • IDXQ30 129   1,86   1,47%

Dolar AS Melemah ke Level Terendah Baru, Trump Dinilai Ancam Kredibilitas The Fed


Kamis, 26 Juni 2025 / 11:03 WIB
Dolar AS Melemah ke Level Terendah Baru, Trump Dinilai Ancam Kredibilitas The Fed
ILUSTRASI. FILE PHOTO: Euro and Dollar banknotes are seen in a picture illustration taken October 19, 2016. REUTERS/Leonhard Foeger/File Photo


Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah terhadap mata uang utama dunia pada Kamis (26/6), menyentuh posisi terendah dalam tiga setengah tahun terhadap euro.

Pelemahan ini dipicu oleh kekhawatiran pasar terhadap independensi Federal Reserve (The Fed), setelah laporan menyebut Presiden AS Donald Trump mempertimbangkan mengganti Ketua The Fed Jerome Powell dalam waktu dekat.

Baca Juga: Donald Trump Ingin Dongkel Bos The Fed, Dolar AS Terjerembab

Menurut laporan Wall Street Journal, Trump sempat menimbang untuk mengumumkan pengganti Powell paling lambat September atau Oktober, sebuah langkah yang dinilai sebagai upaya melemahkan posisi sang ketua bank sentral.

“Pasar kemungkinan akan gelisah jika ada langkah awal untuk menunjuk pengganti Powell, terutama jika keputusan tersebut terlihat bermuatan politik,” ujar Kieran Williams, Kepala Asia FX di InTouch Capital Markets.

“Langkah seperti ini dapat memicu kekhawatiran tentang terkikisnya independensi The Fed dan merusak kredibilitas kebijakan moneter AS,” tambahnya.

“Jika ini benar terjadi, bisa terjadi penyesuaian ulang ekspektasi suku bunga dan penilaian kembali posisi dolar.”

Pelemahan dolar juga terjadi di tengah meningkatnya peluang pemangkasan suku bunga. Pasar kini memperkirakan kemungkinan penurunan suku bunga pada pertemuan The Fed Juli mendatang mencapai 25%, naik dari hanya 12% pekan lalu.

Baca Juga: Rupiah Spot Menguat 0,12% ke Rp 16.278 per Dolar AS pada Kamis (26/6) Pagi

Secara keseluruhan, pasar memproyeksikan pemangkasan suku bunga sebesar 64 basis poin hingga akhir tahun, naik dari 46 basis poin pada Jumat pekan lalu.

Pada perdagangan Kamis pagi, dolar tergelincir terhadap hampir semua mata uang utama:

Euro menguat 0,2% ke level tertinggi sejak Oktober 2021 di US$1,1687. Target teknikal berikutnya di US$1,1692 dan US$1,1909.

Pound sterling naik 0,2% ke US$1,3690, tertinggi sejak Januari 2022.

Terhadap franc Swiss, dolar jatuh ke 0,8033, level terendah sejak 2011.

Franc Swiss juga menyentuh rekor tertinggi terhadap yen di 180,55.

Dolar juga melemah 0,2% terhadap yen Jepang, ke 144,89.

Indeks dolar AS anjlok ke 97,491, terendah sejak awal 2022.

Baca Juga: Jerome Powell: The Fed Butuh Waktu Sebelum Potong Suku Bunga, Ini Alasannya

Pernyataan Trump pada Rabu lalu turut memperburuk sentimen. Ia menyebut Powell “buruk” karena tidak memangkas suku bunga secara agresif.

Pada saat yang sama, Powell dalam pernyataan ke Senat menegaskan perlunya kehati-hatian dalam kebijakan moneter mengingat rencana tarif Trump berisiko mendorong inflasi.

Ketidakpastian terkait kebijakan tarif AS juga membebani pasar. Menjelang tenggat waktu 9 Juli untuk penyelesaian kesepakatan dagang, investor kembali menyoroti kebijakan tarif Trump yang dinilai kontraproduktif.

Dalam laporan terbarunya, JPMorgan memperingatkan bahwa kebijakan tarif dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi AS dan meningkatkan inflasi, dengan peluang resesi mencapai 40%.

"Risiko guncangan negatif tambahan meningkat, dan kami memperkirakan tarif AS akan naik," tulis analis JPMorgan.

"Kesimpulan dari perkembangan ini adalah berakhirnya fase 'keistimewaan' ekonomi AS dalam skenario dasar kami."

Berakhirnya "eksepsionalisme" AS ini telah menjadi tema utama pelemahan dolar dalam beberapa bulan terakhir, seiring meningkatnya keraguan terhadap status dolar sebagai mata uang cadangan utama dunia dan instrumen lindung nilai global.

Di sisi lain, euro menjadi salah satu mata uang yang paling diuntungkan. Investor semakin optimistis bahwa investasi besar-besaran di sektor pertahanan dan infrastruktur Eropa akan mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan tersebut.

Selanjutnya: Daftar 26 Kampus Terbaik di Indonesia Versi QS WUR 2026, UI Nomor 1

Menarik Dibaca: Rekomendasi 6 Film Vietnam di Netflix dari Horor sampai Romantis




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×