Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dolar Amerika Serikat (AS) melemah pada Jumat (3/10), terancam mencatatkan kerugian mingguan terbesar dalam beberapa pekan terakhir terhadap sejumlah mata uang utama.
Penyebab utama pelemahan ini adalah ketidakpastian seputar penutupan (shutdown) pemerintahan AS, yang juga menunda publikasi data ekonomi penting, termasuk laporan ketenagakerjaan (nonfarm payrolls) untuk September.
Jayati Bharadwaj, Global FX Strategist di TD Securities, menyebut bahwa penundaan publikasi data membuat pasar “hampir terbang buta”.
Baca Juga: Kurs Rupiah Menguat 1,04% Sepekan Hingga Jumat (3/10)
Ia menambahkan, semakin lama shutdown berlangsung, semakin besar kekhawatiran terhadap dampaknya pada perekonomian, termasuk potensi pemutusan hubungan kerja serta furlough pegawai pemerintah.
Euro dan Sterling Menguat, Dolar Indeks Tertekan
Dalam perdagangan Jumat pagi, euro naik 0,2% menjadi US$1,1739, menuju kinerja mingguan terbaik dalam sebulan. Kenaikan euro turut menekan indeks dolar—yang mengukur kekuatan dolar terhadap enam mata uang utama—turun 0,1% ke level 97,77, dengan laju pelemahan mingguan terburuk sejak Juli.
Dolar juga melemah terhadap franc Swiss, turun 0,3% ke 0,7953 franc, sekaligus penurunan mingguan terburuk sejak pertengahan Agustus. Terhadap poundsterling, dolar terkoreksi 0,2% ke US$1,3470, dengan sterling mencatatkan penguatan mingguan terbesar sejak 11 Agustus.
Data Sektor Jasa AS Tambah Tekanan
Pelemahan dolar semakin dalam setelah data menunjukkan aktivitas sektor jasa AS stagnan pada September. Indeks ISM non-manufaktur turun ke level 50 (batas antara ekspansi dan kontraksi) dari 52 pada Agustus, lebih rendah dari perkiraan ekonom sebesar 51,7.
Sektor jasa sendiri menyumbang lebih dari dua pertiga perekonomian AS.
Yen Jepang: Fokus ke BOJ dan Politik Domestik
Sementara itu, yen Jepang melemah tipis 0,1% ke 147,44 per dolar setelah sebelumnya sempat menguat 0,4%. Meski demikian, yen masih berada di jalur pelemahan mingguan 1,4%—yang terbesar sejak Mei.
Baca Juga: Otot Dolar AS Melemah, Rupiah Mampu Merangkak Naik?
Pelemahan yen terjadi setelah Gubernur Bank of Japan (BOJ) Kazuo Ueda memberi sinyal hati-hati mengenai kondisi ekonomi global, sehingga menurunkan ekspektasi pasar akan kenaikan suku bunga dalam waktu dekat.
Pasar juga mencermati pemilihan pimpinan Partai Demokrat Liberal Jepang akhir pekan ini, yang akan menentukan perdana menteri baru.
The Fed Diprediksi Tambah Dua Kali Pemangkasan Suku Bunga
Di AS, laporan dari Chicago Fed memperkirakan tingkat pengangguran September tetap di 4,3%, sama dengan Agustus, meski detail laporan menunjukkan tanda-tanda pelemahan di pasar tenaga kerja. Laporan ADP pada Rabu lalu bahkan mencatat penurunan 32.000 lapangan kerja di sektor swasta.
Kondisi ini semakin memperkuat ekspektasi bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga dua kali lagi pada 2025. Pasar memperkirakan peluang hampir pasti untuk pemangkasan 25 basis poin pada Oktober, serta 84% probabilitas pemangkasan tambahan pada Desember, menurut CME FedWatch Tool.
Meski begitu, pejabat Fed seperti Presiden Fed Dallas Lorie Logan menekankan bahwa pemangkasan sebelumnya sudah tepat sebagai langkah pencegahan, namun masih berhati-hati terkait pemangkasan lebih lanjut mengingat pelemahan pasar kerja sejauh ini berlangsung secara bertahap.