Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Dolar Amerika Serikat (AS) menguat pada Senin (10/2). Setelah Presiden Donald Trump memperingatkan bahwa lebih banyak tarif akan segera diberlakukan, termasuk pada baja dan aluminium.
Namun, pasar saham AS dan Eropa tampaknya mengabaikan ancaman tarif tersebut dan tetap mencatatkan kenaikan.
Saat berbicara kepada wartawan di Air Force One, Trump mengonfirmasi bahwa ia akan mengumumkan tarif 25% pada semua impor baja dan aluminium ke AS pada Senin, serta tarif timbal balik lainnya pada Selasa atau Rabu.
Baca Juga: Indonesia Diramal Bakal Terkena Dampak Signifikan dari Tarif Perdagangan Trump
China mulai menerapkan tarif balasan terhadap beberapa ekspor AS pada hari yang sama, tanpa tanda-tanda adanya kemajuan dalam negosiasi antara Beijing dan Washington.
Para investor merespons dengan mendorong dolar sedikit lebih tinggi. Indeks dolar, yang melacak pergerakan mata uang AS, naik 0,1% menjadi 108,17 dari penutupan Jumat (7/2).
Dolar juga naik 0,59% terhadap yen Jepang, yang pekan lalu mencatatkan kinerja terbaiknya sejak November karena spekulasi kenaikan suku bunga Bank of Japan.
Sementara itu, euro tetap stabil di $1,0329.
Mata uang komoditas seperti dolar Kanada sempat melemah 0,2% sebelum kembali stabil.
Baca Juga: Trump Sebut AS Mungkin Kehilangan Kesabaran dengan Kesepakatan Gencatan Senjata
"Ketidakpastian mengenai besaran, waktu, dan dampak tarif ini kemungkinan akan terus menjaga dolar tetap kuat pekan ini," kata Chris Turner, kepala pasar global di ING Bank Eropa.
Turner juga memperingatkan bahwa jika Trump benar-benar memberlakukan tarif timbal balik terhadap banyak negara, seperti yang dikatakannya pada Jumat lalu, volatilitas mata uang global bisa meningkat tajam.
Pasar Saham Bangkit Setelah Penurunan Awal
Futures saham AS sempat turun sebelum akhirnya pulih, didukung optimisme terhadap musim laporan keuangan.
Kontrak berjangka S&P 500 naik 0,35%, setelah indeks utama turun 0,95% pada Jumat.
Baca Juga: Trump Makin Ngotot Jadikan Kanada Sebagai Negara Bagian AS ke-51
Pekan lalu, pasar sempat tertekan oleh laporan keuangan yang beragam.
Namun, pertumbuhan laba per saham sejauh ini mencapai 12%, lebih tinggi dari perkiraan awal sebesar 8%.
Di Eropa, indeks STOXX 600 naik 0,28% di awal perdagangan setelah turun 0,38% pada Jumat.
Namun, beberapa saham produsen baja Eropa seperti ArcelorMittal (Luksemburg) dan Salzgitter (Jerman) melemah karena kekhawatiran tarif baru.
Analis mengatakan bahwa tarif ini bisa menekan inflasi AS lebih tinggi dan mempersempit ruang bagi The Fed untuk melonggarkan kebijakan moneter—sebuah faktor yang mendukung dolar sejak Trump terpilih kembali.
Ekspektasi pemotongan suku bunga oleh The Fed tahun ini juga berkurang, dari 42 basis poin menjadi 36 basis poin, menyusul laporan ketenagakerjaan AS yang kuat pada Jumat.
Ketua The Fed Jerome Powell dijadwalkan berbicara di hadapan Dewan Perwakilan AS pada Selasa dan Rabu, di mana dampak tarif terhadap kebijakan moneter diperkirakan akan menjadi isu utama.
Baca Juga: IHSG Ambles, Cek Analisa Teknikal Saham MDKA, TBIG, dan MIKA untuk Selasa (11/2)
Pasar Obligasi dan Komoditas
Obligasi AS melemah tipis, dengan imbal hasil surat utang 10 tahun naik 1 basis poin menjadi 4,497%. (Imbal hasil bergerak berlawanan dengan harga obligasi.)
Di Asia, indeks Nikkei Jepang stagnan, Hang Seng Hong Kong melonjak 1,84% dan CSI 300 China naik 0,21%.
"Pasar tampaknya cukup tenang dalam menghadapi perkembangan ini," kata Derren Nathan, kepala riset ekuitas di Hargreaves Lansdown.
"Saham di China dan Hong Kong naik. Mungkin karena pembatasan perdagangan tidak seburuk yang dikhawatirkan serta harapan akan stimulus tambahan dari pemerintah China."
Baca Juga: IHSG Anjlok 1,40% ke 6.648 pada Senin (10/2), ISAT, TLKM, ARTO Jadi Top Losers LQ45
Data terbaru menunjukkan inflasi konsumen China meningkat ke level tertinggi dalam lima bulan pada Januari, meredakan kekhawatiran akan deflasi.
Harga emas mencapai rekor tertinggi US$2.901 per ons troi, sebagian karena spekulasi bahwa Trump mungkin akan mengenakan tarif pada logam mulia ini.
Harga aluminium di London bergerak dalam kisaran sempit karena investor mempertimbangkan kemungkinan tarif baru.
Sementara itu, harga minyak mentah Brent naik 0,7% menjadi US$75,19 per barel, setelah tiga pekan berturut-turut mengalami penurunan yang sebagian dipicu oleh kekhawatiran perdagangan global.