kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Donald Trump dinobatkan sebagai pendorong misinformasi Covid-19 terbesar dunia


Jumat, 02 Oktober 2020 / 06:19 WIB
Donald Trump dinobatkan sebagai pendorong misinformasi Covid-19 terbesar dunia
ILUSTRASI. Hasil studi dari Cornell University mengatakan, Donald Trump merupakan pendorong terbesar misinformasi Covid-19 di dunia. REUTERS/Carlos Barria


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Hasil studi dari Cornell University mengatakan Kamis (1/10/2020), Presiden AS Donald Trump merupakan pendorong terbesar kesalahan informasi Covid-19 di dunia selama pandemi.

Melansir AFP, tim dari Cornell Alliance for Science mengevaluasi 38 juta artikel yang diterbitkan oleh media tradisional berbahasa Inggris di seluruh dunia antara 1 Januari dan 26 Mei tahun ini.

Database yang mereka gunakan mencakup agregat cakupan dari negara-negara seperti Amerika Serikat, Inggris, India, Irlandia, Australia, Selandia Baru dan negara-negara Afrika dan Asia lainnya.

Tim riset mengidentifikasi, terdapat 522.472 artikel berita yang mereproduksi atau memperkuat informasi yang salah terkait pandemi virus corona, atau yang disebut oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai "infodemik".

Baca Juga: Gedung putih tolak proposal paket bantuan virus corona senilai US$ 2,2 triliun

Kesalahan informasi tersebut dikategorikan menjadi 11 subtopik utama, mulai dari teori konspirasi, serangan terhadap ilmuwan top Anthony Fauci, hingga gagasan bahwa virus adalah senjata biologis yang dilepaskan oleh China.

Namun topik yang paling populer sejauh ini adalah apa yang disebut tim penelitian sebagai "obat ajaib", yang muncul di 295.351 artikel. Ini jauh  lebih banyak dari gabungan 10 topik lainnya.

Hasil riset menunjukkan, komentar Trump mendorong lonjakan besar dalam topik "penyembuhan ajaib", yang dipimpin oleh konferensi pers 24 April di mana dia merenungkan kemungkinan menggunakan disinfektan di dalam tubuh untuk menyembuhkan virus corona.

Baca Juga: Warning! Penyandang obesitas rentan terserang Covid-19

Berikut adalah sejumlah fakta mengenai penelitian tersebut seperti yang dilansir Kontan.co.id dari Forbes:

- Studi tersebut menyatakan bahwa ketika individu disesatkan oleh pernyataan palsu tentang sifat dan pengobatan Covid-19, mereka cenderung tidak mengikuti saran ahli medis dan pejabat kesehatan dan, akibatnya, berkontribusi pada penyebaran virus.

- Temuan penelitian, yang diterbitkan Kamis, mengidentifikasi 11 subtopik misinformasi / teori konspirasi yang tersebar luas, tetapi media yang menyebutkan Presiden Trump sejauh ini merupakan pihak pendorong terbesar misinformasi Covid-19 dari apa yang oleh Organisasi Kesehatan Dunia disebut sebagai "infodemik."

Baca Juga: Jumlah kematian Covid-19 capai 1 juta, Sekjen PBB: Ini pencapaian yang buruk

- Pada bulan Maret, Trump menyatakan obat antimalaria hydroxychloroquine sebagai "pengubah permainan," dan, pada bulan April, dia menyarankan pada rapat Gedung Putih bahwa "suntikan di dalam" tubuh manusia dengan disinfektan seperti pemutih dapat memerangi virus.

- Menurut penelitian Cornell, topik informasi yang salah paling umum, sejauh ini, adalah "obat ajaib", yang menyebabkan lebih banyak kesalahan informasi daripada gabungan sepuluh topik lainnya.

Baca Juga: Antibodi Virus Corona belum dimiliki oleh 90% orang

- Pada 23 April, Trump melontarkan gagasan menggunakan sinar ultraviolet untuk membunuh Covid-19 ("Seandainya kita menghantam tubuh dengan dahsyat — entah itu ultraviolet atau hanya cahaya yang sangat kuat," katanya). Pada 24 April, ada lebih dari 30.000 artikel dalam kategori "obat ajaib", meningkat sekitar 300%, di mana hasil penelitian menunjukkan bahwa Trump mendorong peningkatan tersebut.

- Studi Cornell belum ditinjau rekan sejawat, di mana salah satu penulis menginformasikan kepada New York Times bahwa hasil penelitian tengah ditinjau oleh jurnal akademis. Akan tetapi, karena prosesnya panjang, penelitian itu kemudian ditarik karena penulis merasa memiliki informasi menarik tentang kesehatan masyarakat untuk dibagikan.

Selanjutnya: Korut kepada PBB: Kami sudah memiliki pencegah perang yang andal dan efektif



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×