Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali menyuarakan skeptisisme terhadap perubahan iklim dalam pidatonya di Sidang Majelis Umum PBB, Selasa (23/9).
Ia menyebut isu perubahan iklim sebagai “penipuan terbesar di dunia”, sekaligus mengkritik inisiatif lingkungan global yang menurutnya merugikan ekonomi.
“Semua prediksi yang dibuat oleh PBB dan banyak pihak lain itu salah. Mereka dibuat oleh orang-orang bodoh yang membuat negara mereka kehilangan kekayaan dan kesempatan sukses,” ujar Trump dalam pidatonya yang berdurasi hampir satu jam, dengan beberapa menit khusus membahas iklim.
Kritik terhadap Uni Eropa dan Energi Terbarukan
Dalam pernyataannya, Trump menyinggung kebijakan Uni Eropa yang gencar menurunkan emisi karbon. Menurutnya, langkah tersebut justru merugikan ekonomi kawasan. Ia juga memperingatkan bahwa negara-negara yang berinvestasi besar dalam energi terbarukan pada akhirnya akan menghadapi kesulitan ekonomi.
Baca Juga: Trump Batalkan Pertemuan dengan Demokrat, AS Terancam Shutdown Pekan Depan
“Kami memiliki cadangan minyak terbanyak dibanding negara mana pun di dunia, ditambah gas dan batu bara. Jika digabungkan, kami memiliki sumber energi terbesar di dunia,” tegasnya, menekankan agenda “energy dominance” yang diusung pemerintahannya.
Penarikan Kedua AS dari Perjanjian Paris
Trump juga memastikan bahwa pemerintahannya kembali menarik AS dari Perjanjian Paris 2015, sebuah pakta global yang ditandatangani 195 negara untuk menahan kenaikan suhu bumi di bawah 1,5°C.
Dengan langkah tersebut, AS kini berada dalam kelompok kecil bersama Yaman, Iran, dan Libya sebagai negara yang tidak ikut serta dalam kesepakatan tersebut.
Kebijakan ini menegaskan prioritas Trump pada produksi dan ekspor energi fosil seperti minyak, gas, dan batu bara, sembari menyingkirkan energi terbarukan yang sebenarnya semakin kompetitif secara biaya.
Pandangan Ilmuwan dan Peringatan PBB
Sementara itu, komunitas ilmiah global menegaskan bahwa perubahan iklim nyata, sebagian besar disebabkan oleh aktivitas manusia, dan semakin memburuk. Gejala yang tampak antara lain kenaikan suhu global, badai yang semakin kuat, serta pencairan es di kutub.
PBB bersama berbagai lembaga lingkungan telah lama mengingatkan bahwa keterlambatan aksi iklim berisiko menyebabkan kerusakan serius bagi bumi dan kehidupan manusia.
Baca Juga: Gara-Gara Iring-Iringan Trump, Macron Terjebak Macet di New York
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menekankan pentingnya transisi global dari energi fosil menuju energi bersih. “Ikuti saja aliran uang. Tahun lalu, US$2 triliun mengalir ke energi bersih, US$800 miliar lebih banyak dibanding energi fosil, dan naik hampir 70% dalam satu dekade,” ungkap Guterres pada Juni lalu.