Sumber: South China Morning Post | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Pemerintah Jepang akan menggelontorkan subsidi untuk mendongkrak pariwisata lokal. Subsidi tersebut akan jadi rangsangan baru bagi industri pariwisata Jepang biar bisa bergerak setelah mengalami pukulan berat akibat pandemi Covid-19.
Pemerintah Negeri Sakura itu akan menebar subsidi lewat program bertajuk Go To Travel sebesar 20.000 yen atau setara US$ 190 per hari untuk turis lokal yang ingin melakukan perjalanan wisata. Subsidi itu diberikan dalam bentuk diskon atau voucher untuk hotel, restoran, transportasi dan objek wisata.
Baca Juga: Lebih dari 6,27 juta infeksi corona, berikut 20 negara dengan kasus tertinggi
"Kampanye Go To Travel yang sedang dipertimbangkan oleh pemerintah Jepang adalah untuk merangsang permintaan perjalanan domestik di Jepang setelah pandemi Covid-19 dan hanya mencakup sebagian dari biaya perjalanan domestik," kata Badan Pariwisata Jepang di Twitter pada 27 Mei dikutip South China Morning Post, Selasa (2/6).
Untuk menerima subsidi, pelancong harus menggunakan agen perjalanan domestik atau menginap di hotel lokal dan ryokan atau penginapan Jepang. Pemerintah mengatakan, kampanye tersebut kemungkinan akan dimulai pada bulan Juli.
Kurangnya kejelasan dalam pengumuman yang dibuat pemerintah Jepang terkait program tersebut bulan lalu menyebabkan media salah menafsirkan bahwa itu juga berlaku bagi turis mancanegara. Alhasil, program itu sempat membuat heboh.
Pelaku industri pariwisata Jepang menyambut rencana pemerintah tersebut. Namun, kebijakan ini masih diragukan bisa menguntungkan para pelaku UKM di sektor pariwisata dan mempertanyakan apakah masih ada orang yang mau jalan-jalan di tengah kondisi Covid-19.
Baca Juga: Kluster baru virus corona bikin cemas Hong Kong akan penularan lokal
Naomi Mano, presiden dan CEO agensi perjalanan butik Luxurique, mengatakan bantuan ini diapresiasi pelaku industri. Namun, ia masih mempertanyakan bagaimana program tersebut bisa diterapkan dan siapa yang akan jadi target pemerintah.
"Setiap kebijakan yang membuka pintu agar orang mau jalan-jalan lagi merupakan perkembangan positif. Tapi rencana pendanaan ini saat ini benar-benaar membingungkan dan saya tidak yakin siapa yang mereka targetkan." kata Naomi.
Dia menuturkan, keluarga dengan anak-anak tidak mungkin mengambil liburan tahun ini karena ketidakpastian pekerjaan membebani pikiran orang tua. Anak-anak muda juga memiliki kekhawatiran yang sama tetapi mungkin mereka memilih lokasi akhir pekan yang relatif dekat dengan rumah.
Menurut Naomi, keluarga dengan anak-anak tidak mungkin mengambil liburan tahun ini karena ketidakpastian pekerjaan membebani pikiran orang tua. Anak-anak muda juga memiliki kekhawatiran yang sama tetapi mungkin mereka memilih lokasi akhir pekan yang relatif dekat dengan rumah.
Baca Juga: Menyerah di pasar China, Carrefour beli Wellcome untuk ekspansi di Taiwan
Oleh karena itu, demografis yang lebih tua sebagai satu-satunya kelompok yang mungkin bersedia menerima tawaran pemerintah meskipun kelompok ini mungkin memiliki keprihatinan terhadap masalah kesehatan.
“Di atas usia 65 tahun mungkin bersedia melakukan perjalanan dan mengambil keuntungan dari voucher 20.000 yen. Tetapi sebelum itu, industri dan pelancong memerlukan pedoman yang jelas tentang apa yang dimaksud dengan 'perjalanan aman," lanjut Naomi.
Noriko Takano, presiden Freya International Tours yang berbasis di Fukuoka, optimis bahwa orang Jepang akan mulai melakukan perjalanan domestik pada akhir Juni, dan bahwa wisatawan internasional akan kembali pada bulan Agustus.
Baca Juga: Lacak pengunjung, pemerintah Korsel meminta pengguna kode QR didaftar identitasnya