kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Duh, Bank Dunia pangkas pertumbuhan ekonomi global


Kamis, 11 Juni 2015 / 08:13 WIB
Duh, Bank Dunia pangkas pertumbuhan ekonomi global
ILUSTRASI. PT Puri Sentul Permai Tbk (KDTN) melihat prospek bisnis hotel terutama hotel rest area kian positif di tahun 2024


Sumber: money.cnn | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

WASHINGTON. Krisis finansial sepertinya belum akan segera berakhir. Bank Dunia memangkas outlook pertumbuhan ekonomi global pada Rabu (10/6) kemarin. Bank Dunia mengingatkan perekonomian negara maju menghadapi sejumlah angin kencang, mulai rendahnya harga komoditas hingga prospek tingginya biaya pinjaman.

Berdasarkan Global Economic Prospects (GEP), Bank yang berbasis di Washington ini meramal, perekonomian dunia hanya akan tumbuh 2,8% di 2015. Prediksi itu turun dari ramalan Januari di mana proyeksi pertumbuhannya sebesar 3%. Selain itu, Bank Dunia mempertahankan prediksi pertumbuhan untuk tahun 2016 dan 2017 di posisi 3m3% dan 3,2%.

"Perekonomian negara maju merupakan mesin pertumbuhan ekonomi global di saat krisis finansial. Namun, saat ini mereka menghadapi lingkungan ekonomi yang lebih sulit," papar Jim Yong Kim, group president Bank DUnia.

Bank Dunia juga menurunkan prediksi pertumbuhan ekonomi negara maju untuk tahun 2015 dan 2016 menjadi 4,4% dan 5,2% dari sebelumnya 4,8% dan 5,3%.

Salah satu alasannya, rendahnya harga minyak dan komoditas lain memicu perlambatan ekonomi di sejumlah negara maju yang sangat bergantung pada sumber daya ekspor.

Tidak hanya itu, ekonomi emerging market juga akan mengalami masa sulit seiring melemahnya nilai tukar mata uang mereka. Kondisi ini dipicu oleh apresiasi dollar AS seiring ekspektasi kenaikan suku bunga AS oleh the Federal Reserve.

Bank Dunia mencatat, depresiasi mata uang menjadi masalah besar bagi negara berkembang -mayoritas negara berbasis ekspor komoditas.



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×