Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - SYDNEY. Kasus virus corona baru di dunia melampaui angka 3,5 juta pada Senin (4/5) dan kematian mendekati 250.000 orang, menurut penghitungan Reuters.
Negara-negara Amerika Utara dan Eropa, dengan tingkat pertumbuhan kasus yang menurun, masih menyumbang sebagian besar infeksi baru dalam beberapa hari terakhir.
Tetapi, jumlah kasus meningkat dari negara-negara di Amerika Latin, Afrika, dan Rusia. Dan, para ahli menyatakan kekhawatiran data yang jauh dari dampak sebenarnya.
Baca Juga: Selandia Baru melaporkan tidak ada kasus virus corona tambahan pada Senin (4/5)
Secara global, ada 74.779 kasus baru selama 24 jam terakhir, mengacu penghitungan Reuters berdasarkan data resmi pemerintah, sehingga total kasus menjadi 3,52 juta.
Itu sebanding dengan 3 juta hingga 5 juta kasus penyakit parah akibat influenza musiman setiap tahun, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), tapi jauh dari flu Spanyol pada 1918 yang menginfeksi sekitar 500 juta orang.
"Kami masih harus skeptis tentang jumlah yang kami dapatkan," kata Peter Collignon, dokter penyakit menular dan ahli mikrobiologi di Rumahsakit Canberra, Australia, kepada Reuters.
"Itu masalah besar," ujar dia. "Tingkat kematian juga 10 kali lebih tinggi dari influenza di semua kelompok umur".
Sebagian besar negara hanya mencatat kematian akibat virus corona di rumahsakit. Yang berarti, banyak kematian di rumah pribadi dan panti jompo belum dimasukkan.
Kematian akibat virus corona di dunia mencapai 246.920 orang. Kematian pertama dilaporkan pada 10 Januari di Wuhan, China, setelah virus muncul di kota itu pada Desember tahun lalu.
Baca Juga: Trump: Kemungkinan korban meninggal akibat virus corona di AS mencapai 100.000 orang
Tingkat kenaikan harian kasus-kasus baru di seluruh dunia berada dalam kisaran 2%-3% selama seminggu terakhir, dibandingkan dengan puncak mencapai 13% pada pertengahan Maret.
Penurunan kasus harian mendorong banyak negara untuk mulai mengurangi langkah-langkah penguncian yang telah menjungkirbalikkan bisnis dan melumpuhkan ekonomi global.
Tapi, "Kita bisa dengan mudah memiliki gelombang kedua atau ketiga karena banyak tempat tidak kebal," kata Collignon yang menambahkan, dunia membutuhkan 60% populasi untuk pulih dari virus corona.