Sumber: South China Morning Post | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - HONG KONG. Amerika Serikat telah menjanjikan dukungan penuh bagi Taiwan untuk berpartisipasi dalam acara-acara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Hal ini dinyatakan lewat panggilan telepon antara menteri kesehatan kedua belah pihak.
Pengamat menilai aksi ini pasti bakal memicu protes dari Beijing dan ketegangan yang makin kuat dalam hubungan AS dengan China.
Baca Juga: Duh, muncul penyakit baru pada anak-anak di Inggris terkait virus corona
Dilansir South China Morning Post, dalam diskusi selama 30 menit tersebut, Menteri Kesehatan Taiwan Chen Shih-chung dan koleganya asak AS Alex Azar bertukar pandangan tentang strategi menghadapi virus corona dan masalah kesehatan global.
Azar berterima kasih kepada Taiwan karena telah menyumbangkan masker ke AS dan memuji pencapaian negara tersebut dalam mengatasi Covid-19.
Sementara Chen menyatakan penghargaannya atas kolaborasi Amerika dengan Taiwan dalam menghadapi wabah ini dan dukungan AS terhadap Taiwan. Termasuk dukungan bagi Taiwan untuk berpartisipasi dalam Majelis Kesehatan Dunia dan acara WHO lainnya.
"Menteri Azar menegaskan kembali janji AS akan dukungan penuh bagi Taiwan untuk mengambil bagian dalam WHO dan acara kesehatan global lainnya, sehingga Taiwan dapat berbagi keahliannya dengan dunia," tulis pernyataan Kementerian Kesehatan Taiwan.
Baca Juga: Melonjak, Rusia catat rekor harian tertinggi kasus dan kematian akibat corona
Teleconference ini adalah yang pertama kalinya antara pejabat kementerian dari AS dan Taiwan sejak wabah koronavirus pertama kali dilaporkan di daratan China pada akhir Desember.
Bukan berstatus sebagai anggota WHO, Taiwan telah berusaha untuk bergabung dengan badan itu dalam beberapa dekade terakhir, tetapi telah dicegah oleh Beijing, yang menegaskan bahwa Taiwan bukan negara yang merupakan prasyarat untuk bergabung dengan WHO.
Beijing menganggap pulau itu adalah provinsi dari China yang harus dipersatukan dengan daratan, dan jika perlu dengan paksaan.
Taiwan telah mengklaim bahwa pengucilannya menciptakan celah dalam upaya global untuk mengatasi pandemi ini, tetapi Beijing mengatakan mereka dapat berbagi informasi untuk pulau tersebut.
Baca Juga: Gara-gara longgarkan penguncian, tingkat infeksi corona di Jerman naik lagi
Azar juga menciut tentang pertemuan itu, dengan mengatakan: "Pagi ini saya berbicara dengan Menteri Chen dari Taiwan tentang wabah Covid-19. Saya berterima kasih kepadanya atas upaya Taiwan untuk berbagi praktik dan sumber daya terbaik mereka dengan AS. Sekarang, lebih dari sebelumnya, kemitraan kesehatan global sangat penting dan saya menghargai kontribusi Taiwan."
Sementara Taipei tidak memiliki hubungan resmi dengan AS, yang mengakui Beijing secara diplomatis. Tetapi hubungan AS-Taiwan telah mencapai titik tertinggi sepanjang masa sejak Trump menjabat pada tahun 2017 dan mengadopsi kebijakan melawan China daratan.
Di sisi lain, para pengamat mengatakan bahwa pada saat Washington dan Beijing melakukan saling tuduh tentang wabah virus corona, pembicaraan pada hari Senin lalu telah menyoroti kerja sama antara AS dan Taiwan dalam bidang kesehatan dan keamanan.
"Pertemuan menteri penting dalam arti bahwa itu menyoroti tidak hanya keberhasilan Taiwan dalam mengatasi wabah tetapi juga kerjasama yang semakin erat dan tegas antara Taiwan dan AS, yang sangat membantu untuk mempromosikan status internasional Taiwan," kata Arthur Wang Zhin-sheng , Sekretaris Jenderal Asosiasi Pertukaran Elit Asia-Pasifik, sebuah lembaga think tank swasta di Taipei.
Baca Juga: WHO: Pandemi corona masih jauh dari selesai dan ganggu layanan kesehatan lain
Sementara Liu Weidong, seorang pakar urusan China-AS dari Akademi Ilmu Sosial Tiongkok, mengatakan percakapan telepon itu sejalan dengan strategi AS secara keseluruhan terhadap China, yang akan memberikan tekanan lebih besar atas masalah Taiwan, perdagangan, dan Laut China Selatan.
"Tapi kita bisa melihat dari panggilan telepon bahwa AS hanya memberi isyarat untuk menunjukkan dukungan kepada Taiwan, dan tidak ada langkah nyata," katanya.
"Itu tidak akan berdampak nyata pada status global Taiwan, dan China tidak perlu bereaksi keras. Jika AS dan Taiwan mengambil beberapa tindakan setelahnya, Beijing mungkin akan merespons,” lanjut dia.