Sumber: Kompas.com | Editor: Rizki Caturini
DAVAO. Presiden Filipina Rodrigo Duterte, Senin (1/5), mengunjungi sebuah kapal perang China yang bersandar di pelabuhan Davao, kampung halamannya di Filipina.
Kunjungan kapal perang China ini terjadi sehari setelah Duterte mengeluarkan pidato mewakili 10 negara ASEAN yang menegaskan pendekatan lunak terhadap masalah Laut China Selatan.
Dalam sebuah aksi yang menunjukkan semakin eratnya hubungan China dan Filipina ini, Duterte mengunjungi kapal perusak Chang Chun yang tiba bersama dua kapal lainya untuk kunjungan tiga hari sejak Minggu (30/4).
Seperti laporan AFP, selama berada di Davao, personel militer China akan terlibat dalam "pertandingan persahabatan" bola basket dan tarik tambang melawan para pelaut Filipina.
Duterte, yang terpilih menjadi presiden Filipina tahun lalu, mengubah kebijakan negerinya dalam hal sengketa Laut China Selatan dengan harapan mendapatkan lebih banyak investasi dan bantuan dari China.
Dalam pernyataannya setelah menjadi tuan rumah KTT ASEAN di Manila, Duterte menegaskan adanya keprihatinan para pemimpian kawasan terkait perkembangan Laut China Selatan.
Duterte juga mengabaikan keputusan pengadilan internasional yang menolak klaim China terhadap seluruh wilayah Laut China Selatan.
Filipina, Vietnam, Malaysia, dan Brunei -semuanya anggota ASEAN- mengklaim sebagian wilayah Laut China Selatan. Namun, China bersikeras negeri itu memiliki kedaulatan di seluruh perairan strategis itu.
Duterte pernah mengatakan, Filipina dan negara-negara ASEAN tak berdaya menghentikan China membangun pulau-pulau buatan di kawasan itu. Sehingga, menurut Duterte, tak ada gunanya menentang China secara hukum atau diplomatik.
Sehingga kunjungan kapal perang China ke Davao dan bukannya ke Manila dipandang sebagai sebuah langkah personal dari Duterte.
"China menang dengan cara memaksa Duterte untuk tidak memasukkan keputusan internasional ke dalam pidatonya," ujar politisi oposisi Gary Alejano yang juga mantan perwira militer.
"Untuk semakin memperburuk situasi, Duterte bahkan mengunjungi kapal perang China. Hal itu menunjukkan bahwa presiden sedang berusaha menyenangkan China. Ini bukan tentang kebijakan luar negeri yang independen. Ini tentang menjual diri dan menyerah kepada China," tambah Alejano.
(Ervan Hardoko/penerjemah)