Reporter: Dyah Megasari, Reuters |
BRUSSELS/TOULON. Kepala Bank Sentral Eropa (ECB), Mario Draghi mengisyaratkan siap melakukan tindakan yang lebih agresif untuk memerangi krisis utang zona euro. Asalkan, para pemimpin dari 17 negara anggota Uni Eropa menyetujui pakta kontrol anggaran yang ketat.
Draghi melukis sebuah gambaran yang kelam mengenai sistem perbankan Eropa. Gambaran ini ia utarakan sehari setelah enam bank sentral dunia, dipimpin oleh the Federal Reserve akan menurunkan biaya pinjaman untuk perbankan Eropa yang tengah kekeringan likuiditas dollar AS.
"Sebuah kebijakan fiskal yang kompak dan merupakan sinyal paling penting bagi Eropa untuk memperdalam integrasi ekonomi," ujarnya di depan parlemen Eropa. Sayang Draghi tak merinci secara gamblang mengenai tindakan apa saja yang akan diambil ECB.
Ekonom berharap, bank sentral bisa mengurangi tekanan pada industri perbankan saat ekonomi menuju resesi. Pekan depan (8 Desember) ECB diperkirakan akan kembali memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 1%.
Baru menjabat sebulan, Draghi terus menghadapi keputusan-keputusan tersulit selama 12 tahun perjalanan euro. ECB menyadari bahwa perbankan tengah menghadapi masa paceklik saat ini. "Kerapuhan prospek sistem ekonomi telah meningkat. Mandat ECB adalah menjaga stabilitas ekonomi dari dua arah," jelasnya. Ucapan Draghi menjadi indikasi bahwa bank sentral tengah menghadapi dilema dalam menjaga pergerakan inflasi maupun deflasi.
Proposal Prancis-Jerman
Di Prancis, Presiden Nicolas Sarkozy telah menyerukan pakta fiskal dan peranan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk membantu negara-negara yang terbelit utang. Keputusan itu akan diambil dengan suara mayoritas, bukan kebulatan suara. Maklum, selama ini Uni Eropa terkenal lama dalam membuat kebijakan karena harus disetujui dan diratifikasi oleh semua anggotanya.
Di kota pelabuhan Toulon, Sarkozy mengatakan ia dan Kanselir Jerman, Angela Merkel pada Senin depan (5/12) akan bertemu. Bersama Jerman, Prancis akan menguraikan proposal yang akan diajukan pada saat KTT Uni Eropa pada 9 Desember 2011. Pertemuan itu akan menentukan nasib euro sebagai mata uang tunggal yang dipakai 12 tahun terakhir.
"Tak ada yang bisa menutupi kondisi ini, Eropa bisa tersapu habis oleh krisis jika tak punya pegangan dan tak melakukan perubahan secara besar," tegas Sarkozy. Ia memperingatkan, runtuhnya mata uang euro bisa membuat utang Prancis tak terkendali dan berpotensi menghapus tabungan yang dimiliki masyarakat.
"Kami tidak punya hak untuk membiarkan sebuah bencana terjadi," ujar Sarkozy.