kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekonomi AS mungkin saja sudah mulai resesi, tapi apakah bisa lebih buruk?


Sabtu, 28 Maret 2020 / 12:40 WIB
Ekonomi AS mungkin saja sudah mulai resesi, tapi apakah bisa lebih buruk?
ILUSTRASI. Mamie Penn works sorting shelving displays as workers prepare for the opening of a Walmart Super Center in Compton, California, U.S., January 10, 2017. REUTERS/Mike Blake


Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  WASHINGTON. Ekonomi Amerika Serikat (AS) mungkin saja sudah mengalami resesi. Namun mungkinkah resesi ekonomi kali ini merupakan resesi yang terburuk?

Mengutip Reuters, Sabtu (28/3), depresi hebat pernah melanda AS pada tahun 1929 dan berlangsung hingga tahun 1933. Resesi ini dimulai dengan jatuhnya pasar saham yang menyebabkan pengangguran besar-besaran dan anjloknya pertumbuhan ekonomi.

Krisis hebat ini membentuk kembali perekonomian AS, mengubah pola migrasi dan menelurkan gaya musik baru, seni dan sastra.

Baca Juga: Penguatan IHSG selama dua hari berturut-turut diprediksi hanya sementara saja

Namun di bawah Presiden AS Franklin Delano Roosevelt, tercipta serangkaian program seperti asuransi pengangguran, tunjangan pensiun jaminan sosial dan asuransi setoran bank yang membuat resesi ini tidak mungkin terulang lagi.

Merebaknya virus corona atau covid-19 yang tak terduga dan belum pernah terjadi sebelumnya telah menarik garis paralel dengan depresi hebat AS sebelumnya.

Kepala Ekonom Global dari Economic Outlook Group, Bernard Baumohl mengatakan, tidak ada definisi spesifik terjadinya suatu depresi. "Tapi yang ini sangat berbeda dari resesi dalam hal panjang dan dalamnya," ujarnya.

Sebagai contoh, dalam depresi hebat sebelumnya, Amerika Serikat kehilangan 20% pekerjaannya selama tiga tahun, dan empat kali lipat kehilangan pada resesi hebat tahun 2007-2009.

Baca Juga: Terbesar dalam sejarah, AS sahkan RUU virus corona senilai US$ 2,2 triliun jadi UU

Selama empat tahun mengalami depresi hebat, hampir sepertiga dari output AS menghilang. Sementara beberapa ekonom berpikir output tahunan AS pada periode April hingga Juni mungkin turun 14% atau lebih, beberapa berpikir bahwa jenis penurunan sebenarnya akan bertahan dari waktu ke waktu.

Pengeluaran pemerintah membuat perbedaan. Klaim pengangguran telah meroket, tetapi demikian juga jumlah uang yang direncanakan pemerintah untuk ditransfer ke masyarakat  dan perusahaan besar dan kecil.

"Stabilisator" ini terbukti kuat dalam penurunan di masa lalu.

Baca Juga: Wall Street jatuh setelah kasus virus corona di AS tembus di atas 100.000

Bank sentral juga penting. Kesalahan kebijakan Federal Reserve dan kegagalan untuk mencegah serangkaian penutupan bank bisa dibilang berkontribusi terhadap depresi hebat di masa lalu.

Kali ini, seperti pada 2007, The Fed dan bank sentral global telah bergerak merendam ekonomi dengan menggelontorkan uang tunai dan membuat program baru untuk mencoba membatasi risiko kegagalan bisnis dan pengangguran yang berkelanjutan.

Langkah berikutnya yang paling penting, kata sekelompok ekonom dan pembuat kebijakan, adalah memperbaiki respons kesehatan masyarakat Amerika.

Sebuah tambal sulam pembatasan di seluruh negara bagian dan Gedung Putih yang lambat dimobilisasi dapat membuat dampak virus corona semakin buruk, kata para pakar kesehatan.

Baca Juga: Paus Fransiskus berikan berkat luar biasa yang dramatis untuk hilangkan virus corona

Desakan agar Presiden AS Donald Trump untuk "membuka kembali" ekonomi dengan cepat membawa risiko.

Mencabut kebijakan lockdown dinilai terlalu dini dapat menyebabkan gelombang depresi kedua, menurut sebuah studi yang berfokus pada China yang diterbitkan minggu ini di Lancet Public Health Journal.

Semakin tinggi korban virus, dan semakin lama wabah berlangsung, semakin banyak kerusakan pada perekonomian.

"Urutan pertama bisnis adalah untuk mendapatkan penyebaran virus di bawah kendali dan kemudian melanjutkan kegiatan ekonomi," kata ketua Fed Jerome Powell pada hari Kamis.




TERBARU

[X]
×