Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Ekonomi Jepang mengalami kontraksi untuk pertama kalinya dalam satu tahun dan pada laju yang lebih cepat dari perkiraan.
Data awal untuk kuartal Maret yang dirilis Jumat menunjukkan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) riil menyusut sebesar 0,7% secara tahunan pada Januari-Maret, jauh di atas perkiraan pasar yang hanya 0,2%.
Penyebab utama pelemahan ini adalah stagnasi konsumsi rumah tangga dan penurunan ekspor.
Dampak Tarif AS dan Ketergantungan pada Ekspor
Kebijakan tarif tinggi yang diterapkan oleh Presiden AS Donald Trump menambah kekhawatiran terhadap prospek ekonomi Jepang, terutama bagi sektor otomotif yang menjadi tulang punggung ekspor negara tersebut.
Baca Juga: Daya Beli dan Ekspor Rendah Membuat Ekonomi Jepang Terkontraksi
Meskipun kebijakan ini diumumkan secara resmi pada 2 April, data menunjukkan bahwa permintaan eksternal mulai melemah bahkan sebelum dampak tarif sepenuhnya terasa.
Meski demikian, data juga menunjukkan beberapa sisi positif. PDB kuartal terakhir tahun lalu direvisi naik dari 2,2% menjadi 2,4%. Selain itu, pengeluaran modal naik 1,4%—lebih tinggi dari ekspektasi—yang berkontribusi positif terhadap permintaan domestik.
Analis: Ekonomi Sangat Rentan Terhadap Guncangan
Yoshiki Shinke dari Dai-ichi Life Research Institute menyatakan bahwa ekonomi Jepang saat ini tidak memiliki penggerak pertumbuhan yang kuat dan sangat rentan terhadap guncangan eksternal seperti tarif dari AS. Ia juga memperingatkan bahwa kontraksi dapat berlanjut pada kuartal kedua tergantung pada sejauh mana dampak tarif mulai dirasakan.
Konsumsi rumah tangga yang mencakup lebih dari setengah output ekonomi Jepang tercatat stagnan pada kuartal pertama, meleset dari ekspektasi pertumbuhan 0,1%. Ekspor turun 0,6%, sementara impor naik tajam 2,9%, menyebabkan permintaan eksternal mengurangi 0,8 poin dari pertumbuhan PDB.
Menteri Revitalisasi Ekonomi Jepang, Ryosei Akazawa, menekankan bahwa kenaikan upah besar-besaran dapat menopang pemulihan ekonomi secara moderat. Namun, ia juga mengingatkan akan risiko penurunan dari kebijakan tarif AS serta tekanan pada konsumsi akibat kenaikan harga barang.
Baca Juga: Jepang Pertimbangkan Kerek Impor Jagung sebagai Bagian Negosiasi Tarif dengan AS
Industri Otomotif Mulai Tertekan
Perusahaan otomotif Jepang telah mulai merasakan dampaknya. Toyota Motor memperkirakan laba akan turun sebesar 20% pada tahun keuangan ini, sementara Mazda menunda pengumuman proyeksi keuangannya karena ketidakpastian atas kebijakan perdagangan AS.
Washington telah memberlakukan tarif 10% hingga 25% terhadap berbagai negara, termasuk Jepang, dengan tarif kendaraan diperkirakan mencapai 24% mulai Juli—kecuali tercapai kesepakatan bilateral.
Bank of Japan (BOJ) yang sebelumnya mulai menaikkan suku bunga pada Januari ke 0,5% kini menghadapi dilema. Dalam pertemuan kebijakan terakhir, BOJ terpaksa memangkas proyeksi pertumbuhan akibat kekhawatiran terhadap perlambatan global yang dipicu tarif. Ketidakpastian ini juga memperumit rencana BOJ dalam melanjutkan kenaikan suku bunga lebih lanjut.