Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rusia menghadapi tekanan ekonomi yang semakin berat seiring perang dengan Ukraina memasuki tahun keempat penuh. Setelah sempat menunjukkan ketahanan di tengah sanksi Barat, kini sejumlah indikator mengarah pada potensi krisis keuangan.
Seorang pejabat pemerintah Rusia yang enggan disebut namanya mengungkapkan kekhawatiran mendalam atas kondisi terbaru ekonomi negaranya.
"Krisis perbankan mungkin terjadi. Krisis gagal bayar mungkin terjadi. Saya tidak ingin membayangkan kelanjutan atau eskalasi perang," kata pejabat tersebut kepada The Washington Post seperti dikutip dari Forbes, Senin (29/12/2025).
Baca Juga: Ekonomi Rusia di Ujung Tanduk? Gagal Bayar dan Krisis Bank Mulai Menghantui
Selama tahun-tahun awal invasi, pendapatan Rusia dari ekspor minyak ke China dan India berhasil menahan dampak sanksi. Namun dalam beberapa bulan terakhir, harga energi turun dan sanksi dari Eropa serta Amerika Serikat semakin diperketat.
Dalam 11 bulan pertama tahun ini, pendapatan minyak dan gas Rusia anjlok 22%, dan perkiraan Desember menunjukkan potensi penurunan hingga hampir 50%.
Untuk menutup kekurangan pendapatan energi, pemerintah mulai menguras dana kekayaan negara dan menaikkan pajak. Namun langkah ini belum cukup meredam tekanan.
Di sisi lain, inflasi tinggi dan pasar tenaga kerja yang ketat memaksa bank sentral mempertahankan suku bunga tinggi. Meski beberapa kali mencoba melonggarkan kebijakan, daya beli masyarakat tetap melemah.
Baca Juga: Ekonomi Rusia Tidak Baik-Baik Saja, Ini Buktinya
Data pemerintah menunjukkan gaji yang belum dibayar melonjak hampir tiga kali lipat pada Oktober dibanding tahun sebelumnya hingga mencapai lebih dari US$27 juta. Fenomena cuti tanpa upah dan pemangkasan jam kerja juga semakin banyak terjadi.
Kesulitan ekonomi itu turut memengaruhi kemampuan masyarakat membayar pinjaman. Sejumlah pihak di sektor keuangan sudah lama mengingatkan risiko yang membayangi.
Pada Juni, asosiasi perbankan Rusia menyoroti bahaya krisis utang bagi konsumen dan pelaku usaha. Pada bulan yang sama, Ketua Serikat Pengusaha Rusia menyebut banyak perusahaan berada dalam posisi “pra-gagal bayar”.
CEO Sberbank, German Gref, bahkan berulang kali memperingatkan bahwa pertumbuhan ekonomi Rusia mendekati nol. Ia menyebut kondisi saat ini sebagai “stagnasi teknis”.
Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Rusia Melambat Jadi 1,1% di Kuartal II 2025
Pusat Analisis Makroekonomi dan Peramalan Jangka Pendek, lembaga kajian ekonomi yang didukung negara, memperkirakan krisis perbankan bisa terjadi pada Oktober tahun depan jika masalah kredit memburuk dan deposan menarik dananya.
"Situasi ekonomi Rusia telah memburuk secara signifikan," tulis ketua lembaga tersebut, Dmitry Belousov, dalam sebuah laporan yang dikutip Financial Times. “Ekonomi telah memasuki ambang stagflasi untuk pertama kalinya sejak awal 2023.”
Ketidakpastian masa depan perang Ukraina menambah beban kekhawatiran, baik bagi pemerintah maupun pelaku ekonomi Rusia.













