Sumber: Reuters | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Data bea cukai China menunjukkan, ekspor China tumbuh lebih dari yang diharapkan pada Desember 2020, karena gangguan virus corona di seluruh dunia memicu permintaan barang-barang China.
Pemulihan domestik yang kuat juga mendorong minat China untuk produk asing pada bulan Desember, dengan pertumbuhan impor yang semakin cepat dari bulan sebelumnya.
Mengutip Reuters, Kamis (14/1), ekspor Desember 2020 naik 18,1% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, melambat dari lonjakan 21,1% pada November tetapi mengalahkan ekspektasi untuk kenaikan 15%.
Impor meningkat 6,5% year on year pada Desember 2020, melampaui perkiraan 5% dan meningkatkan kecepatan dari pertumbuhan 4,5% di bulan November.
Ekspor yang melambung membantu mendorong rebound yang mengesankan di sektor manufaktur China tahun lalu, karena pandemi mendatangkan malapetaka di luar negeri.
China diperkirakan akan menjadi satu-satunya ekonomi besar yang mengalami pertumbuhan positif pada tahun 2020. Ekspor tumbuh 3,6% selama setahun penuh dan impor turun 1,1%.
Baca Juga: Harga Membara Karena China, SImak Rekomendasi Saham Emiten Batubara
Liu Kuiwen, juru bicara bea cukai mengatakan, sementara pandemi akan membawa tantangan, pemulihan ekonomi global dan pemulihan yang stabil dalam ekonomi domestik China memberikan landasan bagi China untuk mempertahankan pertumbuhan perdagangan pada tahun 2021.
Ke depan, para analis mengatakan permintaan berkelanjutan untuk pasokan medis dan produk kerja dari rumah dari mitra dagang yang terkena virus corona harus mendukung ekspor China.
Tetapi beberapa khawatir kenaikan harga bahan mentah dan yuan dapat menekan keuntungan eksportir. Yuan menguat 6,7% pada tahun 2020 - kenaikan tahunan pertama dalam tiga tahun.
"Ekspor terus berjalan dengan baik bulan lalu, karena lockdown baru di luar negeri memastikan pergeseran konsumsi dari jasa ke barang bertahan di banyak mitra dagang China," kata Julian Evans-Pritchard, ekonom senior China di Capital Economics, dalam catatan riset.
Tetapi dia memperkirakan ekspor dan impor turun akhir tahun ini karena stimulus 2020 habis dan konsumsi luar negeri kembali ke pola pra-pandemi karena vaksin mendorong pemulihan.
"Kami pikir perdagangan akan tetap tangguh dalam waktu dekat tetapi akan melemah akhir tahun ini," tambah Evans-Pritchard.
Cina membukukan surplus perdagangan sebesar US$ 78,17 miliar pada bulan Desember - pembacaan tertinggi pada catatan Refinitiv sejak tahun 2007.
Surplus perdagangan China dengan Amerika Serikat, yang telah melancarkan perang perdagangan yang sengit dalam beberapa tahun terakhir, menyempit menjadi US$ 29,92 miliar pada Desember dari US$ 37,42 miliar pada November.
Presiden terpilih AS Joe Biden mengatakan dia tidak akan segera membatalkan perjanjian perdagangan Fase 1 yang dilakukan Presiden Donald Trump dengan China atau mengambil langkah-langkah untuk menghapus tarif ekspor China.