Sumber: Reuters | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Ekspor Jepang turun dalam empat bulan berturut-turut pada bulan Maret karena ekspor ke China melorot. Hal ini memicu kekhawatiran bahwa ekonomi Jepang kontraksi pada kuartal pertama.
Data Kementerian Keuangan yang dirilis Rabu (17/4) menunjukkan, ekspor turun 2,4% pada Maret dari tahun sebelumnya. Angka ini lebih baik jika dibandingkan dengan prediksi ekonom pada polling Reuters yang meramalkan penurunan 2,7%. Bulan Februari, ekspor Jepang turun 1,2%.
Data ini menambah kekhawatiran bahwa permintaan eksternal yang lemah dapat merusak laba perusahaan dan pada gilirannya menahan investasi bisnis, upah pekerja dan belanja konsumen.
"Kemerosotan ekspor telah menyebabkan belanja modal turun tajam dan konsumsi swasta melambat," kata Ryutaro Kono, kepala ekonom BNP Paribas Securities kepada Reuters.
"Dengan demikian, ekonomi Jepang kemungkinan akan mengalami kontraksi lagi pada kuartal pertama," imbuh Kono.
Kontraksi alias penurunan ekonomi kuartal pertama akan menumpuk tekanan pada Perdana Menteri Shinzo Abe untuk sekali lagi menunda kenaikan pajak penjualan yang direncanakan pada bulan Oktober. Kenaikan pajak ini diperlukan untuk memperbaiki beban utang publik yang mencapai dua kali lipat nilai ekonomi Jepang.
Gubernur Bank of Japan Haruhiko Kuroda minggu lalu berpegang teguh pada optimismenya bahwa ekonomi yang bergantung pada ekspor Jepang akan segera mentas dari kelesuan seiring pemulihan pertumbuhan global.
Kuroda, memang memperingatkan risiko yang melekat pada prospek global, termasuk hasil pembicaraan perdagangan Amerika Serikat (AS)-China dan kemungkinan kepergian Inggris yang berantakan dari Uni Eropa (brexit).
Data hari Rabu muncul menjelang pembicaraan perdagangan bilateral minggu ini antara Jepang dan AS. Presiden AS Donald Trump telah mendorong produsen otomotif Jepang untuk meningkatkan lebih banyak pekerjaan di AS. AS mengancam tarif impor otomotif 25% dengan alasan keamanan nasional.
Impor mobil Jepang menghasilkan sekitar dua pertiga dari surplus perdagangan tahunan Jepang senilai $ 67,6 miliar terhadap AS. Ekspor ke AS naik 4,4% pada tahun ini hingga Maret, didorong oleh pengiriman mobil, yang tumbuh 5,1%.
Impor dari Amerika Serikat turun 0,2%. Alhasil, surplus perdagangan Jepang terhadap AS naik 9,8% secara tahunan ¥ 683,6 miliar.
Ekspor ke China, mitra dagang terbesar Jepang, turun 9,4% secara tahunan di bulan Maret. Angka ini berbalik dari kenaikan 5,6% pada Februari. Penurunan dipimpin oleh penurunan pengiriman alat-alat mesin logam, perangkat kristal cair dan peralatan produksi semikonduktor.
Ekspor ke Asia, yang menyumbang lebih dari setengah dari keseluruhan ekspor, juga turun 5,5%, turun selama lima bulan berturut-turut
Impor keseluruhan Jepang naik 1,1% pada tahun ini hingga Maret, lebih rendah daripada prediksi kenaikan 2,6%. Dalam tiga bulan pertama tahun ini, surplus perdagangan Jepang mencapai ¥ 528,5 miliar.