Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Eksportir tekstil India tengah berjuang mencari pembeli baru di Eropa serta menawarkan potongan harga kepada pelanggan lama di Amerika Serikat untuk mengurangi dampak dari kenaikan tarif impor AS hingga 50%, menurut sejumlah pelaku industri.
Langkah ini diambil setelah Presiden Donald Trump menggandakan tarif pada Agustus 2025 untuk berbagai produk asal India — mulai dari pakaian, perhiasan, hingga udang — sehingga menjadikan India salah satu mitra dagang dengan beban tarif tertinggi bagi Amerika Serikat.
Fokus Diversifikasi ke Pasar Eropa
Seorang eksportir pakaian asal Mumbai, yang enggan disebutkan namanya karena tengah menandatangani kontrak ekspor baru, mengatakan perusahaannya kini memprioritaskan diversifikasi ke pasar Uni Eropa (UE).
Baca Juga: Google Investasikan Rp 248 Triliun untuk Bangun Pusat Data AI Terbesar di India
Ia menilai, kesepakatan dagang lebih awal dengan UE akan sangat membantu meningkatkan pengiriman produk India.
Negosiasi perdagangan antara India dan Uni Eropa saat ini telah memasuki tahap krusial, dengan kedua pihak bekerja intensif untuk mencapai target penandatanganan pakta perdagangan bebas (FTA) pada akhir tahun ini.
Uni Eropa Jadi Mitra Dagang Terbesar India
UE merupakan mitra dagang terbesar India untuk sektor barang, dengan total perdagangan dua arah mencapai US$137,5 miliar pada tahun fiskal yang berakhir Maret 2024 — meningkat hampir 90% dalam satu dekade terakhir.
Eksportir tekstil India kini mempercepat langkah untuk memenuhi standar ketat UE terkait bahan kimia, pelabelan produk, serta sumber bahan baku yang beretika. “Banyak eksportir yang meningkatkan fasilitas produksi agar sesuai dengan persyaratan tersebut,” ujar Rahul Mehta, mentor utama Clothing Manufacturers Association of India.
Upaya Kurangi Ketergantungan pada AS
Mehta menambahkan bahwa para eksportir kini semakin berupaya mengurangi ketergantungan terhadap pasar Amerika Serikat.
Baca Juga: Ada Temuan Sirup Obat Batuk di India yang Terkontaminasi, WHO Rilis Peringatan
AS selama ini menjadi pasar utama bagi tekstil dan pakaian India, menyerap sekitar 29% dari total ekspor senilai US$38 miliar pada tahun fiskal hingga Maret 2025.
Diskon dan Risiko PHK Massal
Beberapa eksportir mulai menawarkan diskon kepada pelanggan AS agar tidak kehilangan pasar. Salah satunya adalah Creative Group yang berbasis di Mumbai. Ketua perusahaan, Vijay Kumar Agarwal, mengatakan bahwa 89% ekspor perusahaannya ditujukan ke AS.
“Jika tarif tinggi ini terus diberlakukan, kami bisa kehilangan antara 6.000 hingga 7.000 pekerja dari total 15.000 tenaga kerja,” kata Agarwal. Ia juga menambahkan bahwa jika situasi tidak membaik dalam enam bulan, perusahaan akan mempertimbangkan untuk memindahkan fasilitas produksi ke Oman atau Bangladesh.
Kenaikan tarif AS menjadi tantangan besar bagi industri tekstil India, yang selama ini mengandalkan pasar Amerika sebagai pendorong utama pertumbuhan ekspor. Namun, langkah diversifikasi ke Eropa serta peningkatan standar produksi berpotensi membuka peluang baru dan memperkuat daya saing global sektor ini.