Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - NAYPYITAW. Massa besar berkerumun di Myanmar pada hari Minggu (21/2/2021) untuk mengecam aksi kudeta militer 1 Februari. Ini merupakan aksi unjuk rasa terbesar setelah episode paling berdarah dari kampanye demokrasi pada hari sebelumnya, ketika pasukan keamanan menembaki pengunjuk rasa, sehingga menewaskan dua orang.
Melansir Reuters, pihak militer Myanmar tidak mampu memadamkan aksi demonstrasi dan kampanye pembangkangan sipil terhadap kudeta dan penahanan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi serta pemimpin lainnya. Aksi terus terjadi bahkan saat pihak militer berjanji untuk menggelar pemilihan umum baru dan peringatan keras terhadap perbedaan pendapat.
Menurut saksi mata kepada Reuters, puluhan ribu orang berkumpul dengan damai di kota kedua Mandalay, tempat pembunuhan hari Sabtu terjadi.
“Mereka membidik kepala warga sipil yang tidak bersenjata. Mereka membidik masa depan kami,” kata seorang pengunjuk rasa muda kepada kerumunan.
Baca Juga: Gelombang aksi unjuk rasa menentang kudeta di Myanmar masih berlanjut
Reuters memberitakan, Kementerian Luar Negeri Myanmar mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa meskipun demonstrasi yang melanggar hukum, hasutan kerusuhan dan kekerasan, pihak berwenang terkait melakukan pengekangan sepenuhnya melalui penggunaan kekuatan minimum untuk mengatasi gangguan.
Pemerintah Myanmar menambahkan, mereka menjaga keamanan publik sejalan dengan praktek hukum domestik dan internasional.
Di kota utama Yangon, ribuan anak muda berkumpul di tempat yang berbeda untuk meneriakkan slogan dan bernyanyi.
Baca Juga: Pasca tudingan impor walkie talkie, polisi Myanmar ajukan tuntutan baru atas Suu Kyi
“Kami, kaum muda, memiliki impian kami, tetapi kudeta militer ini telah menimbulkan begitu banyak rintangan,” kata Ko Pay di Yangon.