Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - Para peneliti mengungkapkan, predator besar menjadi penyeimbang dalam habitat yang kompleks. Menariknya, di lokasi tersebut muncul beragam jenis spesies ikan dan jumlah populasi ikan semakin meningkat.
Hasil penelitian para ilmuwan di Carolina Utara, Amerika Serikat, menunjukkan, dua faktor penting yang memengaruhi populasi ikan dan terumbu karang. Mereka mempublikasikan hasil penelitian ini dalam Journal Marine Biology yang didanai National Science Foundation.
Pada penelitian sebelumnya, para ilmuwan menyatakan, ikan kerapu memiliki dampak positif populasi ikan. Dalam penelitiannya, mereka menemukan, habitat yang kompleks berhubungan dengan jumlah populasi dan jenis spesies ikan. Karena, habitat ini memberi banyak pilihan tempat tinggal untuk ikan.
Baca Juga: Ilmuwan berhasil menemukan gen tanaman pengurang pencemaran lingkungan
Salah satu fakta menarik adalah predator menyeimbangkan ikan di dalam habitat yang kompleks. Untuk lebih memahami fakta penelitian tersebut, para ilmuwan membuat 16 terumbu karang buatan.
Mereka menempatkan terumbu tersebut di perairan dangkal Pulau Abaco Besar, Bahama. Para ilmuwan membuat dua macam habitat, pertama, habitat dengan tingkat kompleksitas terbatas. Kedua, habitat dengan terumbu karang yang lebih sehat.
Mereka menunggu respons ikan kerapu yang berpindah dari karang lama menuju yang baru. Kemudian, mereka mengeluarkan kerapu dari empat lokasi terumbu karang yang terdegradasi.
Para ilmuwan mengamati, seluruh habitat buatan tersebut selama 60 hari. Mereka mencatat jumlah ikan di setiap lokasi terumbu karang serta jumlah spesies ikan di dalamnya.
Baca Juga: Lava gunung Kilauea picu perkembangan fitoplankton Hawaii
Hasilnya, habitat yang kompleks yang di dalamnya terdapat ikan kerapu memiliki jumlah ikan lebih tinggi. "Efek ekologis dari predator besar memberikan tekanan ke atas dan bawah di dalam rantai makanan yang lebih komplek," kata Mike Sieracki, Direktur Program Bidang Ilmu Kelautan National Science Foundation.
Sumber: National Science Foundation