kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Gara-gara krisis daging babi, China cabut larangan impor unggas AS


Jumat, 15 November 2019 / 07:10 WIB
Gara-gara krisis daging babi, China cabut larangan impor unggas AS
ILUSTRASI. ilustrasi unggas. ANTARA FOTO/Adeng Bustomi/ama/18


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - BEIJING/WASHINGTON. Beijing mencabut larangan impor daging unggas AS pada hari Kamis (14/11) yang sudah berlangsung selama lima tahun. Ini merupakan sebuah langkah yang dikatakan Perwakilan Dagang AS akan menghasilkan pengiriman tahunan lebih dari US$ 1 miliar ke China.

Keputusan China muncul ketika dua negara ekonomi terbesar di dunia itu sedang mencoba menyelesaikan kesepakatan perdagangan terbatas fase satu.

Hal ini juga didorong oleh kurangnya pasokan daging yang belum pernah terjadi sebelumnya di Tiongkok setelah penyakit babi yang fatal, yakni demam babi Afrika, telah membuat jutaan babi mati di negara pencinta daging babi itu selama setahun terakhir.

Menurut Jim Sumner, presiden Dewan Ekspor Unggas & Telur AS, China yang merupakan  konsumen daging babi utama dunia, kemungkinan akan membeli semua jenis ayam, kalkun, dan bebek AS untuk mengimbangi kekurangan pasokan daging babi.

"Kami dalam keadaan euforia," kata Sumner. "Pada titik ini, jika ini adalah protein daging, mereka akan memakannya."

Sejak pengumuman tersebut dirilis, saham produsen unggas Amerika mengalami kenaikan. Tyson Foods naik 2,1%, Sanderson Farms naik 4,1% dan Pilgrim's Pride Corp naik 1%.

Melansir Reuters, Beijing sebelumnya melarang impor unggas dan telur AS pada Januari 2015 karena wabah flu burung AS. Menurut Departemen AS, China menutup pasar produk unggas Amerika yang bernilai US$ 500 juta pada tahun 2013.

Sumner juga bilang, Beijing juga menetapkan tarif sekitar 25% untuk unggas AS sebelum diberlakukannya larangan impor tersebut, yang sejalan dengan pajak untuk negara lain.

China sebelumnya adalah importir utama kaki ayam dan ujung sayap, dan menyediakan pasar yang berharga untuk bagian-bagian burung yang umumnya orang Amerika tidak makan.

"Kami percaya akses baru ke China akan menghadirkan peluang signifikan untuk pertumbuhan dan penciptaan nilai bagi anggota tim kami, petani dan bisnis kami," kata Pilgrim's Pride, yang sebagian besar dimiliki oleh JBS SA.

Sanderson Farms, produsen unggas terbesar AS, mulai mengalihkan penggunaan kaki dan sayap ayam untuk produk-produk seperti pupuk dan makanan hewan peliharaan, alih-alih mengekspornya untuk hasil yang lebih tinggi setelah adanya pelarangan impor China. Pelarangan impor itu menutup pasar untuk perusahaan pada tahun fiskal 2014 senilai US$ 62 juta.

"China telah menjadi pasar yang signifikan untuk unggas di masa lalu dan kami menantikan peluang ekspor baru yang dihasilkan dari pencabutan larangan impor ini," kata Tyson Foods.

China setuju untuk melanjutkan pembelian setelah USDA mengubah Daftar Federal minggu lalu untuk menyetujui impor produk unggas yang berasal dari unggas yang disembelih di Tiongkok.

Total impor ayam China melonjak hampir 48% menjadi 9,2 miliar yuan (US$ 1,3 miliar) dalam sembilan bulan pertama tahun ini, termasuk daging dada, yang biasanya surplus di negara ini.

"Peningkatan ekspor AS akan menaikkan harga unggas bagi konsumen Amerika, kata Arlan Suderman," jelas kepala ekonom komoditas untuk INTL FCStone. "Jelas US$ 1 miliar unggas AS tidak hanya muncul secara ajaib," katanya.
 




TERBARU

[X]
×