kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45913,59   -9,90   -1.07%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Gara-gara tekanan Covid-19, Shell berencana melepas asetnya senilai US$ 22 mliar


Selasa, 30 Juni 2020 / 19:14 WIB
Gara-gara tekanan Covid-19, Shell berencana melepas asetnya senilai US$ 22 mliar
ILUSTRASI. FILE PHOTO: A Shell logo is seen reflected in a car's side mirror at a petrol station in west London, Britain, January 29, 2015. Picture taken January 29, 2015. REUTERS/Toby Melville/File Photo


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - LONDON. Royal Dutch Shell berencana melakukan melepas asetnya senilai US$ 22 miliar akibat pandemi yang menghantam harga migas dan melesukan proyeksi harga energi.

Pembatasan perjalanan baik secara global dan lokal diprediksi Shell akan menganggu bisnisnya akibat permintaan bahan bakar yang merosot tajam.

Melansir Reuters, Selasa (30/6), Shell menaksir setidaknya penjualan bahan bakarnya bakal merosot hingga 40% pada kuartal kedua tahun ini dibandingkan tahun sebelumnya menjadi 4 juta barel per hari.

Adapun dalam proyeksi sebelum laporan kuartal II dirilis, Shell menyatakan produksi hulu migas juga akan berkurang dari 2,71 juta barel per hari pada kuartal satu menjadi 2,35 juta barel per hari.

Baca Juga: Total dan Shell tanggapi formula harga BBM terbaru

Perusahaan juga bakal memangkas biaya penurunan nilai pajak dari US$ 15 miliar menjadi US$ 22 miliar pada kuartal kedua.

Langkah Shell ini sebelumnya juga telah dilakukan oleh BP yang melepas US$ 17,5 miliar asetnya guna menghadapi pandemi. Sementara buat Shell selain menghapus aset, mereka juga untuk pertama kalinya sejak Perang Dunia Kedua memangkas dividen, dan memotong biaya operasional pada 2020 hingga US$ 20 miliar. Ini bertujuan untuk rencana restrukturisasi pada akhir tahun ini.

Shell juga telah memangkas harga patokan rata-rata Brent tahun ini dari US$ 60 per barel menjadi US$ 35 per barel. Target tahun-tahun selanjutnya juga dipangkas, 2021 menjadi US$ 40, dan 2022 menjadi US$ 50.

Adapun proyeksi minyak jangka panjang berada pada level US$ 60 per barel. Lebih tinggi dibandingkan rivalnya yaitu BP. Sementara baik BP dan Shell sendiri juga telah memangkas prospek marjin laba refineri hingga 30%, dan menetapkan harga gas alam jangka panjang pada level US$ 3 juta per BTU.

Sementara berkat penghapusan aset, Shell diperkirakan akan menghasilkan US$ 8-9 miliar dari bisnis gas terintegrasinya, sementara divisi hulu akan menghasilkan US$ 4-6 miliar, dan segmen pengilangan dan hilir menghasilkan US$ 3-7 miliar.




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×