kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45895,55   2,12   0.24%
  • EMAS1.333.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Gawat, suhu dunia bisa naik lebih dari dua kali lipat


Selasa, 26 November 2019 / 15:56 WIB
Gawat, suhu dunia bisa naik lebih dari dua kali lipat
ILUSTRASI. Aktivis lingkungan Greenpeace membentangkan spanduk di Patung Selamat Datang, Bunderan HI, Jakarta, Rabu (23/10). Mereka mengingatkan pemerintah untuk terus menggunakan energi bersih dan terbarukan sehingga perubahan iklim ekstrim tidak terjadi di Indones


Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - Emisi gas rumah kaca melonjak, mengukir rekor baru. Dan, suhu dunia bisa naik lebih dari dua kali lipat secara global jika tidak melakukan tindakan apapun untuk mengurangi emisi.

"Seperti yang terjadi, suhu bisa naik 3,2 derajat Celcius abad ini, membawa dampak iklim yang luas dan merusak," sebut Program Lingkungan PBB (UNEP) dalam penelitian bertajuk Laporan Kesenjangan Emisi yang terbit Selasa (26/11) seperti dikutip Reuters.

Laporan UNEP itu adalah salah satu dari beberapa penelitian yang rilis menjelang pembicaraan iklim di Madrid, Spanyol, pekan depan, yang bertujuan memacu para pemimpin dunia untuk membatasi perubahan iklim.

Baca Juga: Wah, perubahan iklim mempengaruhi keamanan jembatan

Negara-negara harus membatasi kenaikan suhu global maksimal 1,5 derajat Celcius seperti tertuang dalam Perjanjian Paris 2015. 

Panel Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim tahun lalu memperingatkan perubahan besar global jika target itu tidak terpenuhi. Misalnya, hilangnya hampir semua terumbu karang dan sebagian besar es di Kutub Utara.

Menurut UNEP, ambang batas suhu kenaikan teraman sebesar 1,5 derajat Celcius masih mungkin tercapai. Tapi, membutuhkan pengurangan emisi 7,6% per tahun sepanjang 2020-2030. 

"Ini akan sangat, sangat menantang," kata John M. Christensen, Director UNEP. "Semakin lama kamu menunggu, semakin sulit jadinya". 

Laporan UNEP menunjukkan, emisi termasuk yang berasal dari perubahan penggunaan lahan seperti deforestasi naik ke rekor tertinggi, mencapai 55,3 gigaton setara karbon dioksida pada 2018.

Baca Juga: Ketemu! Ini gen yang membuat serangga tahan perubahan iklim

Negara-negara menghadapi tenggat waktu tahun depan untuk menetapkan janji pengurangan emisi yang lebih ambisius. Laporan UNEP menyebut Amerika Serikat sebagai salah satu dari beberapa penghasil emisi besar di samping Brasil dan Jepang yang gagal memenuhi targetnya sendiri, atau Kontribusi yang Ditentukan Secara Nasional (NDC). 

Bulan ini, Pemerintahan Donald Trump mengajukan dokumen untuk menarik diri dari Perjanjian Paris sebagai langkah pertama dari proses penarikan formal.

Tapi, Christensen mengatakan, beberapa dari mereka yang memenuhi target mereka dengan nyaman, seperti Turki dan Rusia, harus memperketat pengawasan pengurangan emisi secara signifikan.




TERBARU

[X]
×