Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
Konteks Strategis Taiwan
China mengklaim Taiwan sebagai wilayahnya dan tidak menutup opsi penggunaan kekuatan. Taiwan menolak klaim tersebut dan menegaskan masa depan pulau hanya bisa ditentukan oleh rakyatnya sendiri.
Letak Taiwan yang hanya sekitar 110 km dari wilayah Jepang membuat isu ini sangat sensitif bagi Tokyo. Jalur perairan di sekitar Taiwan merupakan rute perdagangan vital bagi Jepang, sekaligus lokasi basis militer AS terbesar di luar negeri.
Di tengah meningkatnya ketegangan, NTV melaporkan bahwa Kedutaan China di Tokyo meminta stafnya membatasi aktivitas di luar kantor karena meningkatnya sentimen anti-China.
Juru bicara pemerintah Jepang Minoru Kihara menegaskan kembali harapan Tokyo agar isu Taiwan diselesaikan secara damai melalui dialog.
Baca Juga: 2026, Visa Akan Ujicoba Sistem Perdagangan Berbasis AI di Asia Pasifik
China Juga Menekan Kelompok Pro-Kemerdekaan Taiwan
Selain menekan Jepang, Beijing juga meningkatkan retorika terhadap tokoh-tokoh yang dianggap sebagai “separatis Taiwan”.
Pada Jumat, Kantor Urusan Taiwan China mengecam legislator Partai Progresif Demokratik (DPP), Puma Shen, yang mengunjungi Berlin dan menyebut bahwa China berupaya menangkapnya di luar negeri.
“Para pendukung kemerdekaan Taiwan sudah berada di ujung jalan,” kata juru bicara Chen Binhua.
Sehari sebelumnya, polisi China mengeluarkan daftar pencarian dan menawarkan hadiah USD 35.000 untuk dua influencer Taiwan yang dituduh melakukan “separatisme”. Kedua influencer itu merespons dengan menyindir melalui media sosial.
Rapper Mannam PYC bahkan mengunggah video saat mencoba menyerahkan diri ke polisi Taiwan, sembari bertanya apakah penolakan penangkapannya berarti seluruh Taiwan mendukung kemerdekaan.
China tidak memiliki yurisdiksi hukum di Taiwan, namun terus menggunakan instrumen hukum domestiknya untuk menekan pihak-pihak yang dianggap mendukung kemerdekaan.













