kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.431.000   15.000   0,62%
  • USD/IDR 16.668   -25,00   -0,15%
  • IDX 8.728   27,45   0,32%
  • KOMPAS100 1.195   2,72   0,23%
  • LQ45 858   0,79   0,09%
  • ISSI 314   1,48   0,47%
  • IDX30 441   0,20   0,05%
  • IDXHIDIV20 510   -0,01   0,00%
  • IDX80 134   0,27   0,20%
  • IDXV30 140   0,00   0,00%
  • IDXQ30 140   0,02   0,02%

Godfather of AI Peringatkan Risiko Pengangguran Massal akibat Automasi


Kamis, 11 Desember 2025 / 07:55 WIB
Godfather of AI Peringatkan Risiko Pengangguran Massal akibat Automasi
Pelopor kecerdasan buatan Geoffrey Hinton berbicara di Thomson Reuters Financial and Risk Summit di Toronto, 4 Desember 2017. REUTERS/Mark Blinch. Geoffrey Hinton, tokoh penting di balik kemajuan AI modern, menyampaikan peringatan keras mengenai risiko pengangguran massal akibat AI.


Sumber: Fortune | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perdebatan soal dampak jangka panjang kecerdasan buatan (AI) terhadap dunia kerja kembali memanas setelah Geoffrey Hinton, tokoh penting di balik kemajuan AI modern, menyampaikan peringatan keras mengenai risiko pengangguran massal.

Hinton, yang dijuluki “Godfather of AI”, menilai prediksi sejumlah tokoh teknologi bukan sekadar wacana futuristik belaka. Bos Nvidia Jensen Huang sebelumnya memprediksi seluruh jenis pekerjaan akan mengalami transformasi dan bisa membuka jalan bagi empat hari kerja sepekan. 

Sementara Bill Gates dan Elon Musk memproyeksikan manusia mungkin tak lagi dibutuhkan untuk sebagian besar pekerjaan dalam dua dekade ke depan.

“Sangat mungkin kita akan melihat pengangguran massal akibat AI,” ujar Hinton dalam diskusi bersama Senator Bernie Sanders di Georgetown University. 

Baca Juga: Bapak AI Sebut Kecerdasan Buatan Perlu Naluri Keibuan Agar Tidak Melawan Manusia

Ia menilai investasi masif perusahaan teknologi yang mencapai sekitar US$ 1 triliun untuk pusat data dan chip mengindikasikan strategi bisnis yang bertumpu pada penggantian tenaga kerja manusia.

Menurut Hinton, dorongan industri untuk mengejar keuntungan jangka pendek membuat perusahaan semakin agresif mengembangkan sistem AI yang lebih murah dibanding pekerja manusia. 

Kekhawatiran ini muncul di tengah tekanan ekonomi bagi sektor AI yang masih jauh dari titik impas. OpenAI, misalnya, diprediksi baru akan mencetak laba setelah 2030 dan membutuhkan pendanaan lebih dari US$ 207 miliar untuk menopang ekspansi.

Hinton mengakui AI juga menciptakan pekerjaan baru. Namun, ia meragukan penciptaan lapangan kerja tersebut mampu menandingi jumlah pekerjaan yang hilang. Meski begitu, ia mengingatkan agar semua prediksi, termasuk prediksinya, dipandang dengan hati-hati.

“*Memproyeksikan masa depan AI itu seperti mengemudi dalam kabut. Kita bisa melihat satu hingga dua tahun ke depan, tapi 10 tahun lagi—kita tak tahu apa yang akan terjadi,” tegasnya.

Baca Juga: Robert Kiyosaki Peringatkan Pengangguran Massal Akibat AI, Simak Sarannya

Yang pasti, katanya, AI tidak akan hilang. Pekerja yang cepat beradaptasi dan memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan kapasitas akan lebih siap menghadapi gelombang perubahan.

Senator Bernie Sanders memperkuat peringatan tersebut. Dalam laporan yang diterbitkan Oktober lalu yang sebagian analisanya menggunakan ChatGPT—ia menyebut hampir 100 juta pekerjaan di Amerika Serikat berpotensi tergantikan oleh automasi.

Pekerjaan berupah rendah seperti layanan cepat saji dan operator layanan pelanggan menjadi yang paling rentan. Namun profesi kerah putih seperti akuntansi, pengembangan perangkat lunak, hingga perawat juga tak luput dari ancaman.

“Pekerjaan, apa pun bentuknya, adalah bagian penting dari identitas manusia. Apa yang terjadi ketika aspek vital ini dihapus dari kehidupan kita?” tulis Sanders dalam sebuah opini.

Baca Juga: Media Asing Bahas Keracunan Massal MBG, Ini Isu yang Disorot

Senator Mark Warner menambahkan, disrupsi dapat lebih dulu menghantam generasi muda. Ia memperkirakan tingkat pengangguran lulusan baru bisa mencapai 25% dalam dua hingga tiga tahun ke depan jika tidak ada regulasi yang memadai.

“Kalau kita mengulangi kesalahan yang sama seperti saat menghadapi media sosial—tanpa pagar pembatas—kita akan menyesal,” tegas Warner.

Selanjutnya: Donald Trump: Anggota Dewan Perdamaian Gaza Diumumkan Awal 2026

Menarik Dibaca: Daftar 7 Film Barat dengan Setting Saat Liburan Natal Beragam Genre


Video Terkait



TERBARU

[X]
×