Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - Hamas dengan tegas menyatakan enggan masuk ke ruang perundingan dengan Israel jika negara Yahudi itu masih terus melancarkan serangan ke Gaza.
Hingga saat ini Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat masih berperan sebagai mediator kunci antara Hamas dan Israel. Sayangnya, kesepakatan damai atau gencatan senjata masih belum lahir karena kedua belah pihak masih saling menyalahkan.
Pada hari Kamis (30/5), Hamas menegaskan bahwa mereka tidak akan mengambil bagian dalam perundingan, namun siap untuk terikat dalam perjanjian penuh terkait pertukaran sandera dan tahanan jika Israel menghentikan serangannya di Gaza.
"Hamas dan faksi-faksi Palestina tidak akan menerima bagian dari kebijakan ini dengan melanjutkan perundingan (gencatan senjata) mengingat agresi, pengepungan, kelaparan dan genosida terhadap rakyat kami," kata Hamas dalam pernyataannya, dikutip Al Jazeera.
Baca Juga: Serangan Israel ke Rafah Menewaskan 12 Orang pada Hari Kamis (30/5)
Dalam beberapa kesempatan perundingan sebelumnya, Hamas berulang kali mengatakan pihaknya tidak akan menerima kesepakatan yang tidak menjamin gencatan senjata permanen.
Hamas juga meminta adanya jaminan penarikan total pasukan Israel dari Gaza dan pemulangan keluarga pengungsi ke rumah mereka tanpa hambatan.
Di pihak lain, Israel juga enggan menerima seluruh persyaratan yang diajukan Hamas. Israel mengatakan, pihaknya bertekad untuk menggulingkan Hamas dari Gaza.
Baca Juga: Pemerintah Slovenia Mengakui Kemerdekaan Negara Palestina
Serangan Israel ke Rafah yang terjadi saat ini pun diklaim bertujuan untuk menyelamatkan sandera dan membasmi pejuang Hamas.
Perundingan antara Israel dan Hamas pada bulan November menghasilkan pembebasan sekitar 100 tawanan dengan imbalan warga Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel.
Sayangnya, sejak saat itu sebagian besar upaya perundingan selalu terhenti.
Laporan terbaru Kementerian Kesehatan Gaza menunjukkan, lebih dari 36.000 warga Palestina telah kehilangan nyawa akibat serangan Israel.
Belum adanya titik terang terkait gencatan senjata membuat jumlah korban sipil yang tewas dipastikan akan terus bertambah.