Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Harga emas diperkirakan akan naik 6% hingga pertengahan tahun 2026 (per 24 September), menurut Goldman Sachs Research. Hal ini didorong oleh meningkatnya permintaan dari sejumlah kelompok pembeli utama yang telah berkontribusi terhadap serangkaian rekor tertinggi logam mulia tersebut.
Emas telah naik lebih dari 40% sepanjang tahun 2025 dan berada di jalur untuk mencatat tiga tahun berturut-turut kenaikan dua digit.
Prediksi Harga Emas
Mengutip riset yang dipublikasikan di situs resminya goldmansachs.com, harga emas diperkirakan akan mencapai US$ 4.000 per troy ounce pada pertengahan tahun depan (naik dari US$ 3.772 pada 24 September).
Menurut analis Goldman Sachs Research Lina Thomas dalam laporannya, prediksi ini didorong oleh permintaan struktural yang kuat dari bank sentral dan pelonggaran kebijakan Federal Reserve AS, yang mendukung permintaan emas melalui ETF.
Menurut Goldman Sachs Research, pembeli emas terbagi dalam dua kelompok besar:
Baca Juga: Harga Emas, Perak, dan Tembaga Meroket Pecahkan Rekor Tertinggi
1. Pembeli berkeyakinan (conviction buyers)
Pembeli berkeyakinan (conviction buyers) — seperti bank sentral, ETF, dan spekulan — yang membeli emas secara konsisten terlepas dari harga, berdasarkan pandangan ekonomi atau strategi lindung nilai risiko.
“Setiap 100 ton pembelian bersih oleh kelompok ini biasanya menaikkan harga emas sekitar 1,7%,” tulis laporan tersebut.
2. Pembeli oportunistik
Pembeli oportunistik, seperti rumah tangga di negara berkembang, yang membeli ketika harga dirasa menguntungkan. Mereka sering menjadi penopang harga saat turun dan penahan harga saat naik.
Penyebab Harga Emas Naik
Goldman Sachs Research mencatat bahwa bank sentral membeli lebih sedikit emas pada Juli dibandingkan rata-rata bulanan tahun ini.
“Bank sentral telah membeli sekitar 64 ton per bulan sepanjang tahun ini, di bawah perkiraan kami sebesar 80 ton per bulan,” kata Thomas.
“Namun, hal ini konsisten dengan pola musiman. Pembelian bank sentral cenderung melambat di musim panas dan meningkat kembali sejak September,” tambahnya.
Ia menegaskan, “Pola musiman ini mendukung pandangan kami bahwa tren pembelian bank sentral tetap kuat.”
Baca Juga: Potensi Laba 41,88% Setahun, Cek Harga Emas Antam Hari Ini (5 Oktober 2025)!
Lonjakan Pembelian oleh Bank Sentral Negara Berkembang
Sejak pembekuan cadangan devisa Rusia pada 2022, bank sentral di negara berkembang telah meningkatkan pembelian emas sekitar lima kali lipat.
“Kami memandang ini sebagai pergeseran struktural dalam perilaku manajemen cadangan, dan tidak mengharapkan adanya pembalikan dalam waktu dekat,” tulis Thomas.
Dia menambahkan, dasar proyeksi Goldman Sachs mengasumsikan bahwa tren akumulasi sektor resmi ini akan berlanjut selama tiga tahun ke depan.
Thomas menambahkan bahwa bank sentral negara berkembang masih kekurangan porsi emas dibandingkan negara maju.
Sebagai contoh, China hanya memegang kurang dari 10% cadangannya dalam bentuk emas, dibandingkan sekitar 70% untuk AS, Jerman, Prancis, dan Italia.
Survei Bank Sentral Mendukung Pandangan Ini
Data survei terbaru dari World Gold Council menunjukkan bahwa:
95% bank sentral yang disurvei memperkirakan cadangan emas global akan meningkat dalam 12 bulan ke depan.
43% di antaranya berencana menambah cadangan emas mereka sendiri — angka tertinggi sejak survei dimulai pada 2018.
Tidak ada satu pun bank sentral yang berencana mengurangi kepemilikan emasnya.
Tonton: Harga Emas Antam Menghijau Hari Ini (4 Oktober 2025)
Harga Bisa Lebih Tinggi dari Perkiraan
Di pasar derivatif, investor besar seperti hedge fund juga menunjukkan optimisme tinggi terhadap emas.
Jumlah posisi beli bersih (net long) emas di bursa COMEX kini berada di persentil ke-73 sejak 2014, menandakan banyak spekulan bertaruh bahwa harga emas akan terus naik.
“Kami melihat risiko yang lebih besar bahwa harga emas justru akan melampaui prediksi kami daripada meleset di bawahnya,” tulis Thomas.
Namun, ia menambahkan, peningkatan posisi beli ini juga bisa memicu “penurunan taktis sementara” karena posisi spekulan cenderung kembali ke rata-rata dari waktu ke waktu.