Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga emas dunia kembali mencetak rekor tertinggi baru pada Selasa (7/10), didorong oleh permintaan investasi yang kuat di tengah ketidakpastian geopolitik dan ekonomi global, serta ekspektasi terhadap pemangkasan suku bunga lebih lanjut oleh bank sentral AS (Federal Reserve).
Harga emas spot bertahan di level US$3.956,02 per ons pada pukul 07.45 GMT setelah sempat menyentuh rekor US$3.977,19 per ons di awal sesi perdagangan.
Sementara itu, kontrak berjangka emas AS untuk pengiriman Desember stabil di sekitar US$3.972,20.
Menurut Ole Hansen, Kepala Strategi Komoditas di Saxo Bank, “Permintaan tinggi dari ETF tetap menjadi faktor utama, didorong oleh rasa takut tertinggal (FOMO) dan menurunnya kepercayaan terhadap aset safe haven tradisional.”
Ia menambahkan bahwa pembelian emas oleh bank sentral serta biaya pendanaan yang lebih rendah juga turut menopang harga logam mulia tersebut.
Shutdown Pemerintah AS dan Ketidakpastian Ekonomi
Sementara itu, Gedung Putih pada Senin mengoreksi pernyataan Presiden Donald Trump mengenai adanya gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat penutupan sebagian pemerintahan (government shutdown) yang kini memasuki hari ketujuh.
Baca Juga: Cadangan Devisa September 2025 Turun Ditengah Isu BI Jual Emas
Meski demikian, pihak Gedung Putih memperingatkan bahwa risiko kehilangan pekerjaan bisa meningkat jika kebuntuan politik terus berlanjut.
Penutupan ini juga menyebabkan tertundanya rilis data ekonomi utama, sehingga para investor kini bergantung pada data sekunder non-pemerintah untuk memperkirakan waktu dan besaran pemangkasan suku bunga The Fed.
Pasar masih memperkirakan adanya pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan bulan ini dan pemotongan serupa pada Desember mendatang. Dalam situasi seperti ini, emas—yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset)—menjadi semakin menarik bagi investor.
Emas Naik 51% Sejak Awal Tahun
Sejauh ini, harga emas telah melonjak 51% sepanjang tahun 2025, didorong oleh pembelian masif dari bank sentral, kenaikan permintaan ETF berbasis emas, pelemahan dolar AS, serta minat investor ritel yang mencari lindung nilai terhadap ketegangan perdagangan dan geopolitik yang meningkat.
“Saya memperkirakan emas bisa mencapai US$4.300 per ons dalam enam bulan ke depan,” kata Michael Langford, Chief Investment Officer di Scorpion Minerals.
Ia menambahkan, “Dengan ekspektasi bahwa dolar AS akan terus melemah dan kondisi makro serta geopolitik yang mendukung, prospek apresiasi harga emas masih sangat kuat.”
Proyeksi dari Goldman Sachs dan Aksi Bank Sentral China
Optimisme serupa juga datang dari Goldman Sachs, yang pada Senin menaikkan proyeksi harga emas Desember 2026 menjadi US$4.900 per ons, dari perkiraan sebelumnya di US$4.300.
Baca Juga: Harga Emas Capai Rekor Lagi, Dipicu Permintaan Safe Haven & Proyeksi Penurunan Bunga
Di sisi lain, Bank Sentral China terus menambah cadangan emasnya untuk bulan ke-11 berturut-turut pada September, menurut data People’s Bank of China (PBoC). Langkah ini mempertegas peran emas sebagai instrumen diversifikasi cadangan devisa di tengah tekanan geopolitik dan melemahnya mata uang global utama.
Ketidakstabilan Politik di Jepang dan Prancis Pengaruhi Pasar
Situasi pasar global juga diperburuk oleh gejolak politik di Jepang dan Prancis, yang mengguncang pasar valuta asing dan obligasi untuk hari kedua berturut-turut.
Selain emas, harga logam mulia lain cenderung melemah.
Harga perak spot turun 0,9% menjadi US$48,11 per ons, platinum melemah 1% ke US$1.609,04, sementara palladium stabil di sekitar US$1.317,50 per ons.