Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Harga kopi dan kakao dunia anjlok pada perdagangan Jumat (14/11/2025), setelah Perwakilan Dagang Amerika Serikat (USTR) Jamieson Greer menyatakan bahwa Presiden Donald Trump akan memberikan pembebasan tarif untuk sejumlah produk pangan yang tidak diproduksi di Amerika Serikat, termasuk kopi dan kakao.
Greer mengatakan kepada CNBC bahwa terdapat beberapa “mikro-sektor” perdagangan yang tidak membutuhkan tarif, seperti kopi, kakao, dan pisang.
Baca Juga: Intelijen Ukraina: Rusia Siap Produksi 120.000 Bom Luncur Tahun Ini
Pernyataan ini muncul setelah seorang pejabat senior AS menyebutkan bahwa pemerintahan Trump akan menghapus tarif untuk sejumlah produk pangan dan impor lain dari Argentina, Ekuador, Guatemala, dan El Salvador melalui kesepakatan kerangka dagang.
Sentimen ini langsung menekan harga kopi dan kakao global.
Kontrak arabika di ICE Futures jatuh ke level terendah dua pekan, robusta mencapai level terendah satu setengah bulan. Sementara kakao New York dan London masing-masing menyentuh level terendah dalam dua tahun.
Baca Juga: Merck Akuisisi Cidara US$ 9,2 Miliar Untuk Diversifikasi
Hingga pukul 14.49 GMT, harga mulai pulih meski masih berada di zona merah.
- Arabika turun 2,4% ke US$ 3,6510/lb
- Robusta melemah 4,3% menjadi US$ 4.156/ton
- Kakao New York turun 2,9% ke US$ 5.493/ton
- Kakao London terkoreksi tipis 0,2% ke £4.129/ton
Baca Juga: Harga Tembaga Turun Jumat (14/11): Kekhawatiran Ekonomi China & The Fed Menghantui
Seorang pelaku perdagangan kakao independen mengatakan kepada Reuters bahwa kontrak kakao New York biasanya memiliki premi lebih tinggi daripada London karena komponen tarif, sehingga penurunannya lebih tajam.
Ia menambahkan bahwa Ekuador, produsen kakao terbesar ketiga dunia merupakan sumber utama stok kakao bersertifikat ICE.
Dari sisi kopi, pelaku pasar mencatat belum ada kepastian mengenai potensi kesepakatan tarif antara AS dan Brasil.
Padahal, Brasil merupakan produsen hampir setengah suplai global arabika dan memasok sekitar sepertiga kebutuhan kopi AS.
Saat ini, Brasil masih menghadapi tarif 50% untuk pengiriman kopi ke Amerika Serikat.
“Yang terpenting adalah Brasil,” ujar seorang dealer.
Baca Juga: CEO Walmart Doug McMillon akan Pensiun, Ini Sosok Penggantinya
Ia menilai negosiasi berjalan lambat, kemungkinan karena Brasil menunggu putusan Mahkamah Agung AS terkait legalitas tarif serta mencermati meningkatnya ketidakpuasan publik terhadap kebijakan perdagangan Trump.
Kekhawatiran publik tercermin dari kemenangan Partai Demokrat di New Jersey, New York, dan Virginia dalam beberapa pekan terakhir, indikasi bahwa pemilih resah dengan harga-harga yang tinggi, sebagian dipicu oleh tarif impor AS terhadap hampir semua negara.
Harga kopi ritel di AS turut melonjak. Data menunjukkan harga kopi sangrai dan bubuk di supermarket AS pada September naik 41% dibanding setahun sebelumnya.
Sementara itu, komoditas soft lain justru bergerak positif. harga gula mentah naik 2,6% menjadi 14,82 sen per pon.
Sedangkan gula putih menguat 0,4% menjadi US$ 423,80/ton, didorong data yang menunjukkan pabrik gula Brasil mengalokasikan hanya 46% tebu untuk produksi gula pada paruh kedua Oktober.













