Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - HOUSTON. Harga minyak mentah ditutup naik 2% setelah European Central Bank (ECB) memangkas suku bunga, memicu harapan bahwa Federal Reserve (The Fed) akan mengikutinya. Di tambah, para menteri OPEC+ meyakinkan investor bahwa perjanjian produksi minyak terbaru dapat berubah tergantung pada kondisi pasar.
Kamis (6/6), harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk kontrak pengiriman Agustus 2024 ditutup menguat US$ 1,46 atau 1,86% ke US$ 79,87 per barel.
Sejalan, harga minyak mentah berjangka jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Juli 2024 ditutup naik US$ 1,48 atau 2% ke US$ 75,55 per barel.
Pada hari Kamis, ECB memutuskan untuk memangkas suku bunga untuk pertama kali sejak tahun 2019, dengan alasan adanya kemajuan dalam mengatasi inflasi. Namun, ECB juga memperingatkan bahwa perjuangan tersebut masih jauh dari selesai.
Kemudian, Bank sentral Denmark menurunkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin menjadi 3,35%.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Naik Seiring Ekspektasi Penurunan Suku Bunga AS
Analis di AS melihat penurunan suku bunga di Eropa kemungkinan merupakan awal dari penurunan suku bunga The Fed.
Biaya bahan bakar yang lebih rendah dan berkurangnya hambatan pasokan pascapandemi telah membantu menurunkan inflasi menjadi 2,6% di 20 negara yang menggunakan mata uang euro, dari 10% pada akhir tahun 2022.
Investor kini kurang yakin dibandingkan beberapa minggu lalu bahwa inflasi sudah cukup turun sehingga ECB dapat menerapkan siklus pelonggaran besar-besaran. Di AS, para ekonom memperkirakan The Fed akan menurunkan suku bunga pada bulan September, menurut jajak pendapat Reuters pada 31 Mei-5 Juni.
“Hari ini penurunan suku bunga ECB membantu, dan memberikan pandangan bahwa The Fed pada akhirnya akan melakukan hal yang sama di AS dan hal ini juga mendukung, namun kedua bank sentral tersebut melakukan pemotongan suku bunga dalam menghadapi perlambatan ekonomi yang belum tentu mendukung permintaan minyak,” kata John Kilduff, partner di Again Capital.
Jumlah orang AS yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran meningkat di minggu lalu, dan unit biaya tenaga kerja pada kuartal pertama naik kurang dari perkiraan sebelumnya, kata Departemen Tenaga Kerja.
Meskipun hal ini menunjukkan pasar tenaga kerja yang melemah, hal ini sepertinya tidak akan mendorong The Fed untuk memulai penurunan suku bunga.
Sementara itu, kepala ekonom rumah perdagangan Trafigura Saad Rahim mengatakan keputusan OPEC+ untuk menghentikan beberapa pengurangan produksi, dikombinasikan dengan pasokan bahan bakar yang kuat, telah mendorong harga minyak lebih rendah.
OPEC+, pada hari Minggu sepakat untuk memperpanjang sebagian besar pengurangan produksi hingga tahun 2025 tetapi memberikan ruang bagi pemotongan sukarela dari delapan anggota untuk dibatalkan secara bertahap.
Menteri Energi Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman mengatakan pada hari Kamis bahwa OPEC+ dapat menghentikan sementara atau membalikkan peningkatan produksi jika mereka memutuskan bahwa pasar tidak cukup kuat.
Sementara itu, Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengatakan OPEC+ mungkin akan menyesuaikan kesepakatan jika perlu, dan menambahkan bahwa penurunan harga pasca-pertemuan disebabkan oleh salah tafsir terhadap perjanjian dan “faktor spekulatif”.
Baca Juga: Wall Street: S&P 500 dan Nasdaq Ditutup Melemah Tipis Jelang Data Tenaga Kerja AS
“Pasar minyak bereaksi berlebihan terhadap hasil pertemuan OPEC+ yang agak negatif. Indikator permintaan memang agak melemah akhir-akhir ini, namun tidak jatuh drastis,” tulis analis Barclays, Amarpreet Singh, dalam sebuah catatan.
Di tempat lain, sebuah kapal dagang melaporkan bahwa ledakan terjadi di dekat kapal tersebut di Laut Merah pada hari Kamis, sekitar 19 mil laut sebelah barat kota pelabuhan Mokha di Yaman, kata perusahaan keamanan Inggris Ambrey.
Kapal itu sesuai dengan profil target militan Houthi Yaman, kata Ambrey dalam sebuah catatan. Militan telah menyerang kapal-kapal di lepas pantai negara itu selama beberapa bulan sebagai bentuk solidaritas terhadap warga Palestina yang memerangi Israel di Gaza.
Kapal tersebut sedang dalam perjalanan dari Eropa ke Uni Emirat Arab.
“Hal ini menempatkan lebih banyak risiko di pasar yang sudah gelisah,” kata Phil Flynn, analis di Price Futures Group. “Dan jika ternyata itu adalah kapal tanker minyak, hal ini mungkin akan meningkatkan risikonya,” tambahnya.