Reporter: Anna Suci Perwitasari | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak ditutup menguat hampir 3% di awal pekan ini karena kekhawatiran pasokan setelah OPEC+ memutuskan untuk tidak mempercepat rencana untuk menaikkan produksi. Sentimen tambahan juga datang dari kebakaran hutan di provinsi penghasil minyak Kanada yang mengganggu produksi.
Senin (2/6), harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman Agustus 2025 ditutup menguat US$ 1,85 atau 2,95% ke US$ 64,63 per barel.
Sejalan, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Juli 2025 ditutup naik US$ 1,73 atau 2,85% menjadi US$ 62,52 per barel.
Kebakaran hutan yang melanda provinsi penghasil minyak di Kanada, Alberta, telah memengaruhi sekitar 7% dari keseluruhan produksi minyak mentah Kanada hingga Senin, menurut perhitungan Reuters.
Setidaknya dua operator pasir minyak termal di selatan pusat industri Fort McMurray mengevakuasi pekerja dari lokasi mereka selama akhir pekan dan menutup produksi sebagai tindakan pencegahan.
Baca Juga: Wall Street Berbalik Arah: Indeks S&P 500, Dow dan Nasdaq Kompak Ditutup Menguat
"Kebakaran hutan di Alberta kini mulai merembes," kata John Kilduff, mitra di Again Capital di New York.
Yang juga mendukung harga minyak, pelemahan dolar AS di awal pekan karena kekhawatiran bahwa ancaman tarif baru Trump dapat merugikan pertumbuhan dan memicu inflasi.
Mata uang AS yang lebih lemah membuat komoditas yang diperdagangkan dalam dolar AS seperti minyak lebih murah bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain.
Harga juga didukung oleh persepsi peningkatan risiko geopolitik setelah serangan pesawat nirawak Ukraina terhadap Rusia selama akhir pekan, kata Jorge Leon dari Rystad Energy.
Sementara itu, sinyal beragam dari perundingan Iran-AS membuat pelaku pasar gelisah. Seorang diplomat Iran mengatakan pada hari Senin bahwa Iran siap menolak usulan AS untuk mengakhiri sengketa nuklir yang telah berlangsung puluhan tahun.
Delegasi dari kedua negara membuat beberapa kemajuan setelah putaran perundingan kelima di Roma bulan lalu.
Di sisi lain, OPEC+ memutuskan pada hari Sabtu untuk menaikkan produksi sebesar 411.000 barel per hari pada bulan Juli, kenaikan bulanan ketiga berturut-turut dari jumlah tersebut, karena berupaya merebut kembali pangsa pasar dan menghukum anggota yang telah memproduksi lebih dari kuota mereka.
Baca Juga: Harga Minyak Melonjak Pasca OPEC+ Mempertahankan Kenaikan Produksi pada Juli
Sumber yang mengetahui perundingan OPEC+ mengatakan pada hari Jumat bahwa kelompok tersebut dapat membahas peningkatan yang lebih besar.
Pedagang minyak mengatakan peningkatan 411.000 barel per hari telah diperhitungkan dalam harga berjangka Brent dan WTI.
Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group, mengatakan investor telah memperkirakan kelompok penghasil minyak tersebut akan meningkatkan produksi lebih dari yang telah dilakukannya. "Saya pikir mereka salah paham."
Analis Goldman Sachs memperkirakan OPEC+ akan menerapkan peningkatan produksi akhir sebesar 410.000 barel per hari pada bulan Agustus.
"Fundamental minyak yang relatif ketat, data aktivitas global yang kuat, dan dukungan musim panas terhadap permintaan minyak menunjukkan bahwa perlambatan permintaan yang diharapkan tidak akan cukup tajam untuk menghentikan peningkatan produksi saat memutuskan tingkat produksi bulan Agustus pada tanggal 6 Juli," kata bank tersebut dalam sebuah catatan.
Analis Morgan Stanley juga mengatakan mereka memperkirakan 411.000 barel per hari akan ditambahkan kembali setiap bulan hingga total 2,2 juta barel per hari pada bulan Oktober.
"Dengan pengumuman terbaru ini, hanya ada sedikit tanda bahwa laju peningkatan kuota melambat," kata analis bank tersebut.