kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.360.000   27.000   1,16%
  • USD/IDR 16.710   30,00   0,18%
  • IDX 8.365   -26,20   -0,31%
  • KOMPAS100 1.159   -1,02   -0,09%
  • LQ45 843   -1,56   -0,19%
  • ISSI 291   0,78   0,27%
  • IDX30 442   -1,27   -0,29%
  • IDXHIDIV20 510   -0,85   -0,17%
  • IDX80 130   -0,09   -0,07%
  • IDXV30 138   0,02   0,01%
  • IDXQ30 140   -0,12   -0,09%

Harga Minyak Dunia Turun Selasa (11/11) Pagi: Brent ke US$63,93 & WTI ke US$60


Selasa, 11 November 2025 / 09:12 WIB
Harga Minyak Dunia Turun Selasa (11/11) Pagi: Brent ke US$63,93 & WTI ke US$60
ILUSTRASI. FILE PHOTO: Rising stock graph and 3D printed oil barrels miniature are seen in this illustration taken June 23, 2025. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration/File Photo


Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - Harga minyak dunia turun tipis pada awal perdagangan Asia, Selasa (11/11/2025). Setelah kekhawatiran terhadap kelebihan pasokan (oversupply) menekan sentimen positif pasar yang sebelumnya didorong oleh harapan berakhirnya penutupan sebagian kegiatan pemerintahan (shutdown) Amerika Serikat (AS).

Melansir Reuters, harga minyak mentah Brent turun 13 sen atau 0,2% menjadi US$63,93 per barel pada pukul 01.00 GMT.

Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat juga melemah 13 sen atau 0,2% ke posisi US$60 per barel.

Baca Juga: Kacau Akibat Shutdown, Penerbangan AS Belum Normal hingga Akhir Pekan

Kedua acuan harga tersebut sebelumnya sempat naik sekitar 40 sen pada sesi perdagangan sebelumnya.

Shutdown terpanjang dalam sejarah Amerika Serikat berpotensi berakhir pekan ini setelah kompromi untuk memulihkan pendanaan pemerintah berhasil melewati tahap awal di Senat pada Minggu malam.

Namun, belum jelas kapan Kongres akan memberikan persetujuan final.

Meski perkembangan ini sempat mendorong optimisme di pasar keuangan, harga minyak tetap tertahan oleh kekhawatiran meningkatnya pasokan global.

Baca Juga: Eksodus Eksekutif Intel Berlanjut, Bos AI Pindah ke OpenAI

“Dengan terus meningkatnya produksi OPEC, keseimbangan pasar minyak global tampak semakin bearish di sisi pasokan, sementara permintaan masih melemah seiring melambatnya pertumbuhan ekonomi di negara-negara konsumen utama,” tulis analis Ritterbusch and Associates dalam catatannya.

Sebelumnya, OPEC+ sepakat untuk menaikkan target produksi Desember sebesar 137.000 barel per hari, sama seperti peningkatan pada Oktober dan November.

Namun, kelompok produsen minyak itu juga memutuskan menunda kenaikan produksi pada kuartal pertama tahun depan.

Selain itu, pasar juga masih mencermati dampak dari sanksi terbaru Amerika Serikat terhadap raksasa energi Rusia, Rosneft dan Lukoil.

Sumber Reuters menyebutkan, Lukoil telah menyatakan force majeure di ladang minyaknya di Irak, sementara Bulgaria bersiap menyita kilang Burgas milik perusahaan tersebut.

Langkah ini menjadi dampak terbesar dari sanksi yang dijatuhkan Washington bulan lalu.

Baca Juga: Harga Emas Dekati Puncak 3 Pekan, Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga The Fed Menguat

Di Asia, volume minyak yang disimpan di kapal tanker meningkat dua kali lipat dalam beberapa pekan terakhir.

Hal ini terjadi setelah sanksi Barat memperketat ekspor Rusia ke China dan India, sementara kuota impor yang terbatas menekan permintaan dari kilang independen China.

Beberapa kilang di China dan India kini beralih membeli pasokan dari Timur Tengah dan kawasan lain.

Menurut Ritterbusch, prospek harga minyak ke depan juga akan bergantung pada sejauh mana China melanjutkan pembelian minyak Rusia untuk cadangan strategisnya, serta apakah India akan mengikuti desakan Presiden Trump untuk menunda impor lebih lanjut dari Rusia.

Selanjutnya: IHSG Menguat pada Selasa (11/11/2025) Pagi, MBMA, BUMI, TLKM Top Gainers LQ45

Menarik Dibaca: 7 Rekomendasi Film Tentang Kehidupan Jomblo Bebas dari Drama Percintaan




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×