kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.606.000   15.000   0,94%
  • USD/IDR 16.290   50,00   0,31%
  • IDX 7.257   75,31   1,05%
  • KOMPAS100 1.072   13,85   1,31%
  • LQ45 846   11,73   1,41%
  • ISSI 216   3,00   1,41%
  • IDX30 435   5,37   1,25%
  • IDXHIDIV20 520   7,40   1,44%
  • IDX80 122   1,62   1,34%
  • IDXV30 124   0,62   0,50%
  • IDXQ30 143   2,07   1,47%

Harga Minyak Lanjut Melemah, Investor Menanti Kebijakan Trump Jilid 2


Rabu, 22 Januari 2025 / 15:12 WIB
Harga Minyak Lanjut Melemah, Investor Menanti Kebijakan Trump Jilid 2
ILUSTRASI. harga minyak kompak melemah dan melanjutkan koreksi pada hari ini (22/1)


Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Harga minyak terus melemah dan melanjutkan penurunan dari sesi sebelumnya karena pasar mempertimbangkan deklarasi darurat energi nasional oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada hari pertama menjabat dan mengamati kebijakan tarifnya.

Rabu (22/1) pukul 14.45 WIB, Harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman Maret 2025 melemah 36 sen atau 0,5% ke US$ 78,93 per barel.

Harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate untuk kontrak pengiriman Maret 2025 melemah 46 sen, atau 0,6%, ke US$ 75,37 per barel.

Kontrak minyak ditutup melemah setelah Trump menetapkan rencana menyeluruh untuk memaksimalkan produksi minyak dan gas, termasuk mendeklarasikan keadaan darurat energi nasional untuk mempercepat perizinan, mencabut perlindungan lingkungan, dan menarik AS dari pakta iklim Paris.

"Pelaku pasar mencoba mencerna sinyal beragam yang dibawa Trump 2.0 untuk lintasan harga minyak," kata Yeap Jun Rong, ahli strategi pasar di IG.

"Fokus jangka pendek akan tertuju pada apakah tujuannya untuk mengisi cadangan strategis AS terwujud," kata Yeap.

Baca Juga: Harga Minyak Dunia Stabil Rabu (22/1), Brent ke US$79,38 dan WTI ke US$75,84

Kebijakan energi terbaru Trump tidak mungkin memacu investasi jangka pendek atau mengubah pertumbuhan produksi AS, tulis analis di Morgan Stanley dalam sebuah catatan, menambahkan bahwa kebijakan itu dapat, bagaimanapun, memoderasi potensi erosi permintaan produk olahan.

Analis juga mempertanyakan apakah janji Trump untuk mengisi kembali cadangan strategis akan membuat perubahan apa pun pada permintaan minyak karena pemerintahan Biden sudah membeli minyak untuk persediaan darurat.

Sementara itu, investor bersikap hati-hati karena Trump mengatakan bahwa ia berpikir untuk mengenakan tarif sebesar 25% pada impor dari Kanada dan Meksiko mulai 1 Februari, bukan pada hari pertamanya menjabat seperti yang dijanjikan sebelumnya.

"Perhatian pasar minyak perlahan beralih dari sanksi AS terhadap Rusia ke kebijakan perdagangan potensial Presiden Trump," kata analis ING pada hari Rabu, seraya menambahkan bahwa kompleks energi telah berada di bawah tekanan dengan meningkatnya ancaman tarif.

Presiden AS mengatakan pemerintahannya "mungkin" akan berhenti membeli minyak dari Venezuela, salah satu pemasok minyak utama ke negara itu.

Sementara itu, badai musim dingin yang langka melanda Gulf Coast AS pada hari Selasa.

Baca Juga: Harga Minykita Diatas HET, Kemendag Beberkan Sebabnya

Produksi minyak North Dakota diperkirakan turun antara 130.000 dan 160.000 barel per hari (bph) karena cuaca dingin yang ekstrem dan tantangan operasional terkait, otoritas jaringan pipa negara bagian mengatakan pada hari Selasa.

Dampak badai terhadap operasi minyak dan gas tetap terbatas di Texas, dengan gangguan minimum pada aliran gas, beberapa pemadaman listrik, dan banyak persediaan bensin di pompa, karena banyak jalan dan jalan raya tetap ditutup.

Selanjutnya: Update Longsor Pekalongan, 20 Orang Meninggal dan 8 Orang Hilang

Menarik Dibaca: Promo Alfamart Kebutuhan Dapur 16-31 Januari 2025, Sambal Terasi Sasa Beli 1 Gratis 1



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×